Solusi Tekanan Terkait Usia, SK-II Kampanyekan "Marriage Market Takeover"

Oleh : Chodijah Febriyani | Rabu, 05 Juli 2017 - 12:05 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Menurut studi yang dilakukan oleh SK-II, sebuah brand perawatan kulit wajah, terdapat dua dari 10 wanita di Asia mengatakan mereka merasa nyaman dengan pertambahan usia.

Lebih dari separuh wanita di Asia yang mengikuti survei merasa tidak nyaman dan tersinggung oleh pandangan orang lain mengenai status mereka terutama jika berkaitan dengan topik tentang usia atau status perkawinan mereka. Hampir 72 persen wanita di Korea dan 62 persen wanita di China telah mengalami ketidaknyamanan ini.

Jepang dan Korea merupakan dua negara paling ekstrem di mana wanita merasa tidak senang dengan bertambahnya usianya, hampir enam dari 10 wanita Jepang dan lebih dari setengah wanita Korea Selatan merasa seperti ini. Di China, mencari pasangan yang cocok untuk menikah adalah penyebab keprihatinan terbesar di antara wanita lajang berusia di bawah 30 tahun dengan lebih dari 6 dari 10 wanita lajang Cina di bawah 30 memiliki masalah ini.

Temuan ini menggaris bawahi isu sosial yang lebih luas terkait dengan tekanan terkait usia.   

Sebagai lanjutan dari filosofi brand #changedestiny dan melanjutkan kampanye "Marriage Market Takeover" tahun lalu di China, merek perawatan kulit prestise global SK-II menyoroti topik ini dengan sebuah kampanye baru di luar China dan memasukkan Jepang serta Korea Selatan untuk membuat diskusi Pan-Asia.

Inti dari kampanye baru ini adalah "The Expiry Date" (https://youtu.be/v3JCA4lCMGw), sebuah film baru yang ditayangkan di seluruh dunia hari ini.

Di dalamnya, SK-II mengubah istilah tanggal kadaluarsa yang dirasakan banyak wanita seperti aslinya. Tujuannya adalah untuk menampilkan garis waktu yang tidak terucapkan dan tanggal kadaluarsa yang ditujukan oleh masyarakat kepada wanita dan memicu percakapan seputar tekanan terkait usia bahwa wanita di seluruh Asia, dan pastinya di seluruh dunia, mengalaminya.

Memberikan pandangannya, Dr Sandy To, seorang sosiolog dan penulis buku terkenal China's Leftover Women (Routledge 2015), mengatakan, "Diskriminasi terkait usia adalah isu global yang harus dihadapi perempuan saat ini, terutama perempuan lajang. Tekanan menjadi sangat nyata saat ia mencapai usia 30, 35 tahun ke atas. Pada usia tertentu, ketika seorang wanita lajang dan tidak memiliki keluarga, dia dipandang sebagai sebuah anomali."

Meskipun 70 persen wanita Asia menggambarkan tekanan yang mereka hadapi dari pertambahan usia sebagai masalah internal, mayoritas ingin membuka dan membicarakan topik ini. Di seluruh Asia, lebih dari 7 dari 10 wanita menyatakan bahwa kegelisahan yang berasal dari penuaan adalah sesuatu yang ingin mereka diskusikan dengan orang lain.

Di luar film, SK-II berharap dapat membantu menghilangkan stigma seputar tekanan terkait usia dengan mendorong gerakan sosial regional di bawah hashtag "#INeverExpire", menciptakan arena menyambut bagi wanita untuk membuka dan berbagi pemikiran batin mereka mengenai masalah ini.

At SK-II, we launched #ChangeDestiny two years ago as an ongoing movement to start conversations and challenge the fundamental belief that destiny is set at birth.

Pada tahun-tahun berikutnya, kami terus mendorong diskusi seputar isu-isu yang dihadapi wanita sebagai bagian dari #ChangeDestiny. Dengan "The Marriage Market Takeover", kami menemukan bahwa tekanan untuk menikah sebelum 25 tahun dan ketakutan untuk diberi label sebagai "Leftover Women" atau Wanita Sisa setelah usia 27 adalah masalah terbesar yang dialami wanita lajang di China.

Kepentingan dan tanggapan yang luar biasa terhadap kampanye ini dari wanita di seluruh dunia membuat kami menemukan bahwa tekanan terkait usia bukan hanya masalah yang menyangkut wanita di China saja, melainkan sebuah masalah universal.

Melalui video “The Expiry Date”, kami membuat kiasan “tanggal kadaluarsa” menjadi lebih nyata untuk menggambarkan tekanan internal dan eksternal yang berkaitan dengan usia yang dihadapi oleh para wanita.

”SK-II berharap dapat mendorong munculnya diskusi global dan Pan-Asia untuk mempromosikan pesan bahwa setiap orang harus dapat merasa bangga dengan apa yang telah mereka capai dan siapa mereka, tanpa memandang usia dan jenis kelamin dan tidak boleh dibatasi oleh garis waktu buatan dan label tanggal kadaluarsa yang ditujukan oleh masyarakat kepada mereka," pungkasnya. (Adv)