Mengerikan! 500 Ribu Karyawan Industri Tekstil Berpotensi Dirumahkan

Oleh : Ridwan | Sabtu, 29 Oktober 2022 - 12:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) di Tanah Air tengah di ujung tanduk, hingga harus melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) mencatat sudah 45 ribu karyawan yang dirumahkan. Kondisi ini ditenggarai jumlah permintaan ekspor yang menurun drastis.

"Ekspor menurun hingga 30% pada Oktober 2022 ini. Akibatnya, utilisasi industri tekstil menurun tajam sehingga berdampak pada pengurangan jam kerja. Kondisi ini terus terjadi, sehingga pemutusan hubungan kerja tak terelakan lagi," kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastraatmadja dikutip Tempo (28/10).

Ia menjelaskan, penurunan ekspor industri tekstil terjadi seiring pelemahan daya beli di Amerika Serikat dan Eropa saat ini. Adapun dua kawasan itu memang masih menjadi tujuan ekspor tekstil terbesar bagi Indonesia.

Pelemahan daya beli di Amerika Serikat dan Eropa pun membuat negara-negara penghasil produk tekstil lainnya, seperti Cina, Bangladesh, Vietnam, dan India menyerbu pasar Indonesia. Akibatnya, terjadi persaingan antara hasil produksi dalam negeri dengan produk-produk tekstil impor.

"Di satu sisi permintaan ekspor menurun, di sisi lainnya pasar dalam negerinya dibanjiri produk impor," tuturnya. 

Oleh karena itu, Jemmy berharap pemerintah dapat menjaga pasar dalam negeri agar lebih menguntungkan produsen Indonesia.

Ketua Umum Asosiasi Produsen Serta dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) Redma Gita Wirawasta turut membenarkan hal tersebut. Dikatakan Redma, hingga saat ini sudah 45 ribu karyawan dirumahkan dan di PHK.

"Jika tidak segera diambil tindakan, sampai akhir tahun potensi bisa sampai 500 ribu karyawan yang dirumahkan," kata Redma saat dihubungi INDUSTRY.co.id, Sabtu (29/10).

Senada dengan Ketua Umum API, Redma menyebut permintaan ekspor sangat menurun drastis. Disisi lain, pasar dalam negeri terus menerus dibanjiri barang-barang impor.

"Jadi stok kita menumpuk, bahkan harus ada yang menyewa gudang tambahan. Jadi produksi kita turunkan sampai 50%, ada yang jam kerja dikurangi jadi 4-5 hari seminggu. Otomatis karyawan dikurangi, biar tidak rugi," papar Redma.

Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan pun mengakui telah terjadi penurunan ekspor di bidang tekstil. Musababnya, pelaku ekspor tekstil masih mengandalkan negara Barat atau pasar ekspor tradisional. 

Ia menyarankan para pengusaha untuk menyasar pasar ekspor baru, seperti di kawasan Afrika, Eropa Timur, Asia Tengah, dan Asia Selatan.

Perjanjian dagang pun telah dilakukan, salah satunya dengan Uni Emirat Arab. Kini, menurut Zulkifli, pelaku ekspor yang ingin menjual produknya ke kawasan Uni Emirat Arab bisa mendapatkan nol pajak ekspor.

"Jadi tinggal kita harus memperluas pasar dan ini jalan tolnya sudah saya buka," kata dia.