7 Hal yang Harus diperhatikan Pengelola Wisata Selama Libur Lebaran

Oleh : Chodijah Febriyani | Sabtu, 24 Juni 2017 - 13:47 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Libur Lebaran yang sudah di depan mata, tentunya tempat wisata mulai mengalami pelonjakanan jumlah kunjungan para wisatawan. Hampir semua destinasi wisata penuh sesak oleh wisatawan nusantara, biasanya dimulai hari ketiga setelah Lebaran.

Tentunya, ini berdampak positif bagi pertumbuhan perekonomian lokal dan atau membangkitkan semangat berwisata. Tetapi, atas lonjakan tersebut tentunya ada dampak lainnya, bahkan akan mengakibatkan petaka bagi para pengunjung.

Berikut ini guna untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, melalui siaran persnya yang diterima Industry.co.id, Jakarta, Sabtu (24/6/2017), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) berikan tipsnya:

1. Dinas Pariwisata setempat seharusnya melakukan audit teknis terlebih dahulu terhadap sarana prasana di lokasi wisata, apakah masih layak atau tidak. Terutama untuk sarana prasarana yang berisiko tinggi.

2. Pengelola wisata harus punya standar kapasitas maksimum untuk lokasi wisata. Jangan memaksakan menjual tiket masuk padahal lokasi wisata sudah over capacity. Over capacity bukan hanya mengganggu kenyamanan, tapi juga keamanan dan keselamatan konsumen sebagai pengguna jasa wisata.

3. Pengelola wisata harus mewajibkan adanya alat-alat penunjang keselamatan seperti pelampung atau jaket keselamatan untuk wisata air yang berisiko tinggi, seperti danau, telaga dan atau pantai. Dan ada petugas penjaga pantai atau danau sehingga ketika terjadi accident konsumen korban bisa cepat dievakuasi dan diselamatkan.

4. Dinas Pariwisata dan juga pengelola wisata harus memonitor harga-harga makanan atau minuman agar tidak "nggetok" konsumen. Pengelola warung, restauran harus mencantumkan daftar menu sekaligus dengan daftar harga yang transparan. Pengunjung wisata jangan dieksploitasi dengan harga makanan atau minuman yang ugal-ugalan.

5. Konsumen jangan memaksakan diri memasuki area destinasi wisata, jika sekiranya sudah over capacity, dan tidak menggunakan sarana prasarana di lokasi wisata jika terlihat sudah keropos dan tidak dirawat, atau tidak dilengkapi dengan sarana penunjang keselamatan.

6. Agar pengelola menambah fasilitas toilet dengan toilet portable dan menjamin ketersediaan air. Adanya jumlah antrian di toilet,  khususnya toilet perempuan, menunjukkan kurangnya fasilitas. Jumlah toilet perempuan seharusnya lebih banyak daripada toilet laki-laki.

7. Lokasi wisata juga seharusnya dilengkapi dengan klinik kesehatan dan petugas medis yang stand by selama lokasi wisata beroperasi. Ini sangat penting untuk melakukan pertolongan pertama dan bahkan menyelamatkan korban dari fatalitas.