Menko Perekonomian, Krisis Iklim, dan Peluang Climate Tech Unicorns

Oleh : Handa S. Abidin | Selasa, 28 Juni 2022 - 07:37 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Menko Perekonomian, Airlangga Hartanto, menyampaikan 5 tantangan terbesar Indonesia (Bisnis.com, 6 Juni 2022). Salah satu tantangan tersebut adalah tantangan perubahan iklim yang dikatakan memiliki dampak negatif pada kebutuhan pangan (Bisnis.com, 6 Juni 2022).

Bukan satu kali ini saja Airlangga berbicara mengenai perubahan iklim. Di bulan Juni 2022 saja tercatat sejumlah pernyataan Airlangga mengenai perubahan iklim yang diberitakan di berbagai media, seperti mengenai transisi energi (Detik.com, 8 Juni 2022) dan juga perdagangan karbon (Bisnis.com, 20 Juni 2022).

Persoalan perubahan iklim memang semakin sering diperbincangkan oleh berbagai pihak, terlebih lagi di tingkat internasional. Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, termasuk tokoh dunia yang paling sering membahas perubahan iklim. Pernyataan Sekjen PBB di Twitter banyak yang pedas, bahkan ada juga yang sangat pedas. Tweet Guterres secara terang-terangan menyasar pada industri bahan bakar fosil (@antonioguterres, lihat misalnya pada 17-20 Juni 2022).

Persoalan perubahan iklim tidak boleh diselesaikan dengan melahirkan kegiatan yang justru berdampak buruk pada agenda aksi iklim. Misalnya, persoalan ketahanan pangan jangan sampai diselesaikan dengan membuat sumber baru penghasil karbon dengan menebang hutan yang mengakibatkan krisis iklim semakin buruk lagi. Persoalan perubahan iklim perlu diselesaikan dengan cara yang menguntungkan bagi umat manusia, makhluk hidup lainnya, dan bumi kita.

Selain menjadi persoalan, terdapat juga pihak yang melihat perubahan iklim sebagai suatu peluang. Pada Februari 2022 lalu, tercatat dari 1000 unicorns yang ada di dunia, terdapat 43 unicorns yang merupakan startups berkategori climate tech (Climate Tech VC, 14 Februari 2022). Startups dengan valuasi di atas 1 miliar dolar AS ini menawarkan solusi dalam menghadapi perubahan iklim dipadukan dengan unsur teknologi.

Indonesia belum memiliki climate tech unicorns. Oleh karena itu, kita perlu memberikan perhatian lebih dan memberikan ruang agar climate tech unicorns tumbuh subur di Indonesia.

President University sudah mulai membantu Indonesia dengan mendirikan President Climate Tech Center di tahun 2021. Salah satu tujuan pendirian President Climate Tech Center adalah mendorong inovasi climate tech oleh dosen dan mahasiswa untuk berkembang di President University dan juga harapannya di Indonesia.

Pada tahun 2022 ini, tema climate tech akan menjadi salah satu tema utama dalam pembuatan startups/projects mahasiswa yang akan dikerjakan pada tahun pertama mereka kuliah di President University. Dengan mengenalkan perubahan iklim khususnya climate tech dari awal diharapkan mahasiswa dapat memberikan kontribusi konkret dalam menghadapi perubahan iklim.

Oleh: Handa S. Abidin, S.H., LL.M., Ph.D.
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan President University