Keren! Kurangi Emisi Karbon, Tunas Artha Pratama Teken MoU dengan Perusahaan Asal Taiwan

Oleh : kormen barus | Selasa, 01 Maret 2022 - 22:10 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta- Bumi tengah menghadapi ancaman besar lantaran tingginya emisi. Beberapa dampak yang disebabkan oleh emisi karbon seperti perubahan iklim yang tak menentu sehingga mengakibatkan banjir, kelaparan, hingga ketidakstabilan ekonomi.

Selain itu, jika dibiarkan terus menerus, emisi karbon juga bisa mengakibatkan suhu udara meningkat dan menyebabkan pemanasan global. Lambat laun hal ini dapat membuat bumi menjadi tempat yang tidak nyaman untuk ditinggali.

Berangkat dari permasalahan ini, Tunas Artha Pratama (TAP), sebuah perusahaan pemegang hak karbon yang berlokasi di Kalimantan Tengah mengadakan kerjasama dengan perusahaan asal Taiwan bernama Ding Chen Carbon Asset Management Co., Ltd (DDCAM).

Adapun penandatangan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) antara kedua perusahaan ini digelar di Ruang Eka Tjipta Wijaya, Lantai 29, Menara Kadin, Jakarta Selatan pada Selasa (1/3/22).

Penandatangan MoU ini dihadiri langsung oleh Owner Tunas Perkasa Group selaku Kepala Kadin Kalimantan Tengah Tugiyo Wiratmojo dan petinggi Ding Chen Carbon Asset Management Co (DDCAM) yang dipimpin oleh mantan Kepala Pengawas Keuangan dari Yuan Eksekutif, Mr. Wei Potao, Chairman DC Carbon Co., Ltd., Mr. Ting Chen Kao, Manajer Umum DC Carbon,  Chin Chuan Cheng  dan Direktur Eksekutif DC Carbon Mr. Hsin Chien Wu serta konsultan industri kimia, Stephen Lo.

Selain melakukan dan menyaksikan jalannya acara penandatanganan MoU tersebut, rombongan mengunjungi Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia, Siti Nurbaya. Selanjutnya, diskusikan kerjasama bersama antara Taiwan dan Indonesia di masa depan dalam pengembangan sumber karbon di kantor TUV Rheinland Indonesia.

Kepala Kadin Kalimantan Tengah selaku Owner Tunas Perkasa Group Tugiyo Wiratmojo mengatakan penandatanganan kerja sama ini dalam rangka bersama-sama mengembangkan sumber karbon menyelesaikan masalah emisi karbon di dunia dengan memanfaatkan sekitar 500.000 hektar hutan rawa gambut yang ada di Kalimantan Tengah.

Tugiyo Wiratmojo memaparkan luas daratan Indonesia adalah 191,3 juta hektar, lebih dari 60% di antaranya adalah hutan termasuk lahan gambut. Menurutnya, Ini merupakan ekosistem penyimpan karbon paling efisien di alam. Hutan gambut tropis merupakan reservoir keanekaragaman hayati, karbon, dan sumber daya air yang merupakan habitat berbagai spesies yang terancam punah, termasuk spesies burung, ikan, mamalia, reptil, dan amfibi.

"Oleh karena itu, Indonesia berharap dapat bekerja sama dengan Ding Chen Carbon Asset Management Co (DDCAM) untuk melakukan penelitian lebih lanjut, seperti informasi tentang kepadatan dan ketebalan gambut, guna mengembangkan model pengelolaan emisi karbon yang tepat," paparnya di sela-sela kegiatan.

Sementara itu, General Manager Ding Chen Carbon Asset Management Co, Jack Yao atau Chin Chuan Cheng mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meningkatkan permintaan akan kebijakan perlindungan lingkungan dari negara dan perusahaan menyikapi masalah eksploitasi sumber daya yang berlebihan secara global seperti penggundulan hutan, polusi udara, dan masalah lainnya.

"Maka dari itu, dengan penandatanganan MoU Pengembangan Bersama Sumber Daya Karbon dengan Provinsi Kalimantan Tengah ini merupakan komitmen bersama mengatasi perubahan iklim melalui solusi berbasis alam. Sehingga kita dapat mencapai tujuan pengembangan perusahaan yang berkelanjutan sambil menyelesaikan krisis iklim," ungkap Jack Yao.

Jak Yao mendambahkan, dalam menghadapi perubahan iklim dan tren global emisi nol persen karbon bersih pada tahun 2050, tantangan di masa depan akan semakin berat. Untuk itu, DC Carbon berupaya menciptakan persaingan ekonomi dengan tetap menjaga lingkungan.

"D.C. Carbon Co., Ltd., dapat menciptakan daya saing ekonomi sambil mencapai perlindungan lingkungan, dan bergerak menuju keberlanjutan bersama dengan Taiwan Mengembangkan dan terhubung dengan dunia untuk menciptakan masa depan yang lebih baik," tambahnya.

Sebelumnya, dalam rilis yang diterima media ini, Gods Flame Digital Co., Ltd. (GFD) mengumumkan telah resmi menjadi mitra strategis dengan Ding Chen Carbon Asset Management Co., Ltd (DDCAM). Hal itu disepakati setelah DDCAM memperoleh hak karbon, hak pengembangan teknologi blockchain dan hak distribusi karbon dari TAP kepada mitra strategisnya GFD.

Jack Yao selaku General Manager Ding Chen Carbon Asset Management Co., Ltd.(DDCAM) mengatakan kita hanya punya satu bumi. Namun sejak abad ke-19, manusia terus menerus menghasilkan sejumlah besar karbon dioksida untuk manufaktur dan produksi, dan terjadi peningkatan tajam dalam efek rumah kaca.

"Protokol Kyoto ditandatangani pada tahun 1997, tujuan utamanya adalah untuk mengurangi pemanasan iklim dan menetapkan target pengurangan gas rumah kaca. Oleh karena itu, melindungi bumi dan meregenerasi hutan akan menjadi tugas utama pengelolaan berkelanjutan dari bumi," kata Jack Yao.

General Manager Gods Flame Digital Co. , Ltd. (GFD), Lin Zhifan menyampaikan pihaknya sangat antusias untuk menjadi mitra strategis dengan Ding Chen Carbon Asset Management Co., Ltd. dan menjadi bagian dari perlindungan bumi.

Di masa depan, tambahnya, selain pengembangan rantai publik hak karbon, dan penerbitan, perusahaannya juga akan mengembangkan dunia metaverse yang didedikasikan untuk hubungan erat antara perlindungan lingkungan dan hak karbon.

"Dan sebagian dari hasilnya akan diinvestasikan kembali dalam sumber daya perlindungan lingkungan, sehingga dunia maya dan dunia nyata dapat benar-benar membangun jembatan dan menjadi siklus tanpa akhir,” ujar Lin Zhifan.