Dukung Kebijakan Energi Indonesia, Amerika Serikat Alokasikan USD38 Juta Lewat USAID

Oleh : Hariyanto | Jumat, 10 Desember 2021 - 14:50 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Pemerintah Amerika Serikat melalui USAID (U.S. Agency for International Development) memberikan dukungan penuh terhadap proses transisi energi di Indnoesia dengan memberikan bantuan sebesar USD38 juta dalam program SINAR (Sustainable Energy for Indonesia’s Advancing Resilience).

Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Sung Y. Kim pada sambutannya dalam Roundtable Strategies and Partnership to Accelerate Indonesia’s Energy Transition yang diselenggarakan bersama oleh Kedutaan Besar AS, General Electric (GE) dan Kamar Dagang Amerika (AmCham) menjelaskan bahwa program SINAR akan berlangsung selama 5 tahun kedepan.

“SINAR adalah program 5 tahun dengan program kemitraan senilai USD38 juta dengan target ambisius untuk menarik investasi baru senilai US5 miliar untuk proyek-proyek clean energy di Indonesia,” kata Sung Y. Kim yang dikutip INDUSTRY.co.id, Jumat (10/12/2021).

Dia menambahkan bahwa program SINAR ini juga diharapkan dapat memberikan pengadaan listrik dengan energi terbarukan sebanyak 2.000 MW.

“Setelah dua minggu yang intensif dan padat di COP26 di Glasgow bulan lalu, Amerika Serikat dan Indonesia bekerja keras bersama untuk memperluas peluang peningkatan konsumsi energi terbarukan di sini. Kami bangga bermitra dengan Indonesia untuk membantu memenuhi tujuan dan komitmen Energi Terbarukan,” katanya.

Pada acara yang diadakan pada 8 Desember 2021 tersebut, Presiden GE Indonesia Handry Satriago menyatakan sebagai pemain lama yang memberikan kontribusi 30% pada ketersediaan listrik nasinal, GE Indonesia terus berinovasi untuk memberikan dukungan terhadap komitmen pemerintah untuk melipat-gandakan kapasitas energi terbarukan nasional menjadi lebih dari 51% dengan energi bauran menjelang 2030.

Salah satu hal yang mengemuka dalam acara diskusi roundtable ini adalah teknologi energi terbarukan dan energi yang lebih bersih, termasuk turbin gas berbahan bakar hidrogen, yang akan menjadi pendorong utama pertumbuhan pembangkit listrik yang berkelanjutan dalam waktu dekat.

Acara roundtable ini membahas peran para pemangku kepentingan untuk membantu Indonesia mengurangi emisi gas rumah kaca, dimana Indonesia menargetkan pengurangan emisi sebesar 29% pada tahun 2030, dan mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Teknologi energi bersih, peluang pendanaan baru, dan target Indonesia untuk menjadikan energi terbarukan lebih dari 51 persen yang berasal bauran energi nasional pada tahun 2030, juga menjadi beberapa topik penting yang dibahas oleh para pemateri dan panelis.

Pada acara yang sama, Senior Vice President GE, & President GE International Markets Nabil Habayeb, menyoroti pentingnya energi gas yang berkelanjutan untuk menciptakan keseimbangan energi.

“Sementara energi terbarukan memiliki peran kunci untuk dimainkan, tapi gas akan tetap menjadi bagian penting dari bauran energi pada tahun 2035 – waktu batas standar emisi baru yang ditetapkan oleh Paris Agreement untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah 2 derajat Celcius,” kata Nabil.

Berbicara tentang tren energi terkini, Nabil menyatakan bahwa, lebih banyak utilitas beralih ke gas alam dari batu bara dengan kandungan karbon tinggi untuk mengurangi emisi hingga setengahnya. "Banyak juga yang berinvestasi pada turbin gas yang menggunakan hidrogen, serta teknologi pembangkit listrik terbarukan," katanya.

“Bahkan lebih dari sebelumnya, jaringan listrik memainkan peranan penting dalam mengintegrasikan energi dari berbagai arah dan sumber, mulai dari pembangkit listrik, ladang angin lepas pantai hingga panel surya,” kata Nabil.

Membahas teknologi turbin gas baru, Nabil mengatakan pihaknya telah memanfaatkan analitik dan wawasan yang mendalam untuk teknologi turbin dari divisi aviasi GE selama beberapa dekade - terutama pengetahuan metalurgi untuk merancang turbin gas yang dapat beroperasi pada suhu yang jauh lebih tinggi.

“GE telah dan akan terus berupaya memimpin di bidang inovasi gas, sebagaimana turbin gas kelas-H pertama di Indonesia didatangkan oleh GE untuk menggerakkan proyek-proyek energi utama di Indonesia,” kata Nabil.

Turbin-turbin ini akan menggerakkan pembangkit PLTGU Tambak Lorok Blok 3 di Semarang Jawa Tengah, dan pembangkit PLTGU Jawa 1 IPP di Karawang Jawa Barat, ketika sudah beroperasi penuh.

Kedua pembangkit tersebut akan memainkan peran kunci dalam rencana elektrifikasi pemerintah Indonesia sebesar 34GW. Turbin-turbin ini juga akan menjadi salah satu pembangkit siklus gabungan paling efisien di dunia.

Turbin gas terbaru GE yang dapat menggunakan hidrogen atau campuran hidrogen dan gas adalah Proyek Tallawarra B di Australia yang kini menjadi pelopor di bidang ini.

“Melalui proyek Tallawarra, terobosan teknologi tenaga angin beserta inovasi lainnya, GE berada di posisi yang tepat untuk memimpin upaya transisi energi di seluruh dunia. Seiring dengan recana korporasi kami untuk menggabungkan GE Renewable Energy, GE Power dan GE Digital menjadi satu bisnis, kami yakin kami dapat merancang, dan memberikan, solusi mutakhir lebih sering dan lebih cepat di masa depan,” jelas Nabil.