Mengubah Budaya Konsumtif menjadi Produktif

Oleh : Chodijah Febriyani | Jumat, 15 Oktober 2021 - 19:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Dunia digital sudah menjadi suatu kebutuhan pokok di masyarakat. Kemajuan digital ini digunakan untuk menampilkan foto, mencari berita viral, hingga banyaknya iklan produk.

Di masa ini, kegiatan keseharian kita pun tidak bisa dilepaskan dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan digital. Menurut data Hootsuite, masyarakat Indonesia menghabiskan waktu hingga 9 jam untuk menggunakan internet. Namun, Editya Nurdiana seorang Dosen Universitas Gunung Jati menuturkan, di antara lama waktu yang digunakan tersebut banyak yang dipakai secara sia-sia.

"Karena yang positifnya sangat sedikit, sisanya digunakan untuk hal tidak jelas atau kurang produktif. Ini artinya melahirkan suatu budaya baru yang mungkin saja tidak sesuai dengan budaya kita sebagai orang timur," ungkap Edit dalam webinar Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 di wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, melalui siaran pers yang diterima Industry.co.id.

Ketika budaya tersebut tidak diarahkan untuk hal positif, ini jelas sangat berbahaya karena akan merusak tatanan mental generasi muda. Solusinya, dalam konteks budaya ini harus mengurangi budaya konsumtif menjadi produktif. 

Di samping itu, kita menghadapi beberapa tantangan di masa ini. Di antaranya, transformasi industri dari offline menjadi online. Kemudian, akan muncul suatu ketimpangan ekonomi, perusahaan yang telah lebih dulu berdigital akan semakin besar. Lalu, adanya pengangguran masal karena budaya digital lebih mengedepankan teknologi machine learning dan artificial intelligence.

"Tetapi tidak perlu khawatir, karena budaya baru masih banyak memiliki peluang-peluang untuk menjadi lebih produktif kalau digunakan untuk budaya-budaya positif," tuturnya.

Ia menyampaikan, peluang-peluang produktif tersebut yang bisa dilakukan dengan menjadi seorang freelancer, berjualan online, dan mempelajari skill baru. Kita bisa mulai beradaptasi di dunia digital untuk mendapatkan peluang. Caranya dengan mengukur dan mengembangkan kemampuan, melihat bagaimana masalah-masalah di dunia digital, dan mulai menerapkan kemampuan kita di dunia digial.

"Selain itu, budaya produktif yang bisa kita laksanakan ialah menggunakan internet secara maksimal dengan memanfaatkan semua alat yang tersedia. Gunakan media sosial untuk membangun relasi, internet sebagai media belajar, dan membangun portofolio digital," jelasnya.

Webinar Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) 2021 - untuk Indonesia #MakinCakapDigital diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (KemenKominfo) bersama Siberkreasi. Webinar wilayah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Kamis (14/10/2021) juga menghadirkan pembicara, Lucia Palupi (Digital Content Music Producer), Bambang Iman Santoso (CEO Neouronesia Learning Center), Diana Balienda (Pengusaha-Digital Trainer), dan Marcella Vionita sebagai Key Opinion Leader.

Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 - untuk Indonesia #MakinCakapDigital melibatkan 110 lembaga dan komunitas sebagai agen pendidik Literasi Digital. Kegiatan ini diadakan secara virtual berbasis webinar di 34 Provinsi Indonesia dan 514 Kabupaten.

Kegiatan ini menargetkan 10.000.000 orang terliterasi digital pada tahun 2021, hingga tercapai 50 juta orang terliterasi digital pada 2024. Berlandaskan 4 pilar utama, Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.