Eterindo Wahanatama Bukukan Laba Usaha Rp90 Miliar pada 2020

Oleh : Abraham Sihombing | Kamis, 14 Oktober 2021 - 14:12 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - PT Eterindo Wahanatama Tbk (ETWA), emiten Bursa Efek Indonesia (BEI) yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dan pengolahan bio-diesel, berhasil meraih laba usaha sebesar Rp90,5 miliar pada 2020. Pada tahun sebelumnya, perseroan menderita rugi usaha sebesar Rp42,8 miliar.

 

Keberhasilan meraih laba usaha tersebut membuat bottom line perseroan menjadi positif. Ini ditandai dengan laba komprehensif tahun berjalan yang diraih ETWA pada 2020 sebesar Rp78,2 miliar. Pada 2019, bottom line tersebut masih bernilai negatif yang ditandai dengan kerugian komprehensif tahun berjalan sebesar Rp89,3 miliar.

 

Menurut Azwar Alinuddin, Direktur Keuangan ETWA, keberhasilan perseroan mencatatkan laba usaha dan laba bersih pada 2020 disebabkan perseroan memperoleh penghapusan bunga sebesar 50% yang berasal dari program restrukturisasi utang.

 

“Di samping itu, perseroan juga memperoleh keringanan denda. Akibatnya, denda yang harus dibayarkan hanya sebesar 75% dari total denda yang seharusnya ditanggung perseroan,” papar Azwar.

 

Azwar mengemukakan, restrukturisasi utang yang diperoleh perseroan tersebut berasal dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI). Karena itu, perjanjian restrukturisasi utang yang baru dengan skema penyelesaian kredit telah dibuat dan disepakati perseroan dan BRI yang ditandai oleh penandatanganan pada Juni 2021.

 

“Selain itu, perseroan juga akan melakukan restrukturisasi utang dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI). Perkembangan terakhir, pembicaraan final telah dilaksanakan dan tinggal menunggu penandatanganan perjanjian restrukturisasi utang yang baru dan diharapkan dapat terlaksana pada Oktober 2021 ini,” papar Azwar.

 

Azwar mengungkapkan, perseroan pada 2021 ini sedang berupaya mencari mitra kerja sama dengan perusahaan pemilik bahan bakar diesel agar mereka dapat menitipkan bahan bakar tersebut kepada ETWA, kemudian ETWA akan mengubahnya menjadi biodiesel (fame), terutama produk B30. Langkah tersebut dinamakan jasa tolling produksi.

 

“Di samping itu, kami juga akan terus menganalisis sampai sejauh mana kebutuhan biodiesel tersebut di berbagai sektor industri sehingga dapat memodifikasi pabrik biodiesel menjadi pabrik kimia (MBAC),” tutur Azwar.

 

Sementara itu, Lie Kiong, Presiden Direktur ETWA, menjelaskan, untuk merehabilitasi produksi minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO), perseroan membutuhkan dana investasi baru hingga mencapai kisaran Rp200 miliar.

 

Sebesar Rp145 miliar dari dana investasi tersebut akan digunakan untuk membangun Pabrik Kelapa Sawit (PKS) berkapasitas produksi 45 ton per jam. Sisanya untuk membiayai rehabilitasi fisik tanaman agar dapat memproduksi tandan buah segar (TBS) yang optimal.

 

“Di samping itu, kami juga akan menanami sisa lahan yang belum ditanami seluas 20.000 hektar untuk membuka perkebunan sawit yang baru. Dari lahan seluas itu, kami perkirakan hanya sekitar 12.000 hektar yang dapat ditanami sawit,” imbuh Lie Kiong. (Abraham Sihombing)