Meski Pandemi, 75 Persen Pelajar Indonesia Tetap Berminat Kuliah di Luar Negeri

Oleh : Abraham Sihombing | Selasa, 12 Oktober 2021 - 19:35 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Terlepas dari tantangan COVID-19 yang sedang berlangsung, tiga dari empat pelajar Indonesia masih bersemangat untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri. Ini menunjukkan, daya tarik pelajar yang ingin go international tetap kuat.

 

Akan tetapi, 32 persen calon pelajar mengatakan pandemi mempengaruhi rencana mereka, dengan dampak terbesar ialah menunda rencana studi (68 persen), menemukan pilihan pembayaran alternatif (41 persen), beralih kuliah online jarak jauh (24 persen) dan memilih belajar di negara yang berbeda (20 persen).

 

Itu diungkapkan sebuah studi yang baru dirilis Wise, sebuah perusahaan teknologi global terkemuka untuk pembayaran dan pengiriman uang. Penelitian ini dilakukan bekerja sama dengan TransforMe, sebuah startup teknologi pendidikan yang membantu anak muda Indonesia untuk go global. Lebih dari 200 mahasiswa Indonesia yang disurvei dalam penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana pandemi telah berdampak bagi calon pelajar dan pelajar Indonesia yang kuliah di luar negeri.

 

 

Tantangan pembayaran antar negara menambah beban pelajar internasional

Dalam hal mengirim atau menerima uang dari luar negeri, 58 persen pelajar Indonesia merasa bahwa tingginya biaya transfer uang ke luar negeri telah berdampak negatif terhadap keuangan mereka, dan sebanyak 36 persen setuju bahwa lamanya waktu yang dihabiskan untuk menunggu tibanya transfer uang ke luar negeri ke tujuan mempengaruhi perencanaan keuangan mereka.

 

Selain itu, faktor-faktor ini termasuk di antara enam tantangan terbesar yang dilaporkan pelajar yang kuliah di luar negeri - beradaptasi dengan perbedaan mata uang dan nilai tukar berada di urutan keempat, setelah hambatan bahasa (urutan ke-1), homesick (urutan ke-2) dan perbedaan budaya (urutan ke-3).

 

Kesulitan transfer uang ke luar negeri, yang merupakan layanan penting bagi pelajar internasional, menambah beban yang dihadapi pelajar yang sudah berjuang menghadapi tantangan kesejahteraan yang dipengaruhi pandemi.

 

Untuk pelajar yang mendapat dukungan keuangan dari keluarga, 57 persen dari mereka mengatakan menerima uang sebulan sekali. Sebanyak 52 persen pelajar penerima beasiswa mengirim uang ke luar negeri setidaknya sekali setiap tiga bulan.

 

Kesejahteraan pelajar internasional telah terpukul selama periode ini, pelajar tidak dapat sepenuhnya mendapat pengalaman sebagai pelajar internasional (78 persen) dan merasa terisolasi dan kesepian (43 persen), serta mengalami stres dan kecemasan atas situasi kesehatan (40 persen) menjadi puncak dari dampak pandemi yang dialami pelajar di luar negeri.

 

 

Layanan transfer uang ke luar negeri yang lebih baik dapat meningkatkan kualitas hidup pelajar internasional

Dengan rata-rata biaya pengiriman uang global yang tetap tinggi pada 6,38 persen, tidak heran bahwa sebanyak 84 persen atau sebagian besar pelajar internasional percaya bahwa pengiriman uang ke luar negeri yang cepat dan transparan akan meningkatkan kualitas hidup mereka ketika kuliah di luar negeri.

 

Cara konvensional untuk transfer uang ke luar negeri melalui lembaga keuangan tradisional biasanya melibatkan biaya yang tinggi dan biaya yang tersembunyi dalam bentuk tambahan biaya nilai tukar yang sering kali tidak diungkapkan, sehingga sebagian besar masyarakat cenderung tanpa sadar membayar lebih dari yang seharusnya.

 

Terbukti, 22 persen calon pelajar mengatakan mereka tidak yakin atau percaya bahwa tidak ada biaya tambahan saat transfer uang ke luar negeri. Faktor-faktor inilah yang menunjukkan pentingnya layanan transfer uang ke luar negeri yang lebih murah, lebih cepat dan lebih transparan untuk mengurangi beberapa kesulitan yang dihadapi para pelajar di luar negeri.

 

Elian Ciptono, Country Manager Wise untuk Indonesia, menuturkan, survei ini menunjukkan bahwa biaya yang tinggi, transfer yang lambat dan biaya yang tidak transparan yang terdapat pada transaksi mata uang asing, berdampak signifikan terhadap keuangan pelajar ketika melanjutkan pendidikan di luar negeri.

 

“Di Wise, tujuan kami adalah menyediakan layanan transfer uang yang cepat, murah, dan transparan sehingga dapat mengurangi kekhawatiran keuangan mereka dan fokus untuk mendapatkan pengalaman belajar yang terbaik di luar negeri,” ujar Elian.

 

Sementara itu, Retno Lestari, CEO & Founder of TransforMe, mengungkapkan, kendati ada tantangan terkait pandemi, pelajar Indonesia masih terlihat antusias untuk belajar di luar negeri. Sedangkan TransforMe berdiri di masa pandemi yang telah membantu banyak pelajar yang ingin melanjutkan pendidikan di luar negeri melalui program inkubator beasiswa TransforMe.

 

“Kami berharap TransforMe dapat terus mendukung lebih banyak pelajar untuk mengejar impian mereka agar dapat belajar di luar negeri dengan aman dan nyaman,” imbuh Retno. (Abraham Sihombing)