Pemulihan Pembelajaran di Madrasah Mengandalkan Buku Teks

Oleh : kormen barus | Kamis, 23 September 2021 - 20:46 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Kementerian Agama (Kemenag) RI dan Perpustakaan Nasional (Perpusnas) RI meluncurkan portal web Kepustakaan Keagamaan.
Portal web yang dibangun Perpusnas tersebut berisi informasi tentang keagamaan, di antaranya buku, artikel, video, daftar literatur, bahan pengajaran, dan konten-konten digital lainnya terkait seluruh agama yang ada di Indonesia dengan mengambil sumber dari koleksi Perpusnas, koleksi kementerian agama, dan web lainnya yang dikelola oleh lembaga resmi.

Portal web ini sekaligus menjadi penanda jalinan kerja sama bidang perpustakaan antara Kemenag dan Perpusnas. Penandatanganan nota kesepahaman dilakukan oleh Kepala Perpusnas dengan Menteri Agama.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando mengatakan, portal web keagamaan ini merupakan implementasi moderasi beragama. Portal ini ditujukan untuk seluruh pemeluk agama, yang nantinya konten pembelajaran agama akan diisi oleh pemeluknya masing-masing.

"Boleh saja seseorang tidak ikut berpendidikan, tetapi sesuai dasar negara kita tidak boleh hidup di Indonesia kalau tidak beragama. Portal keagamaan ini menjadi suatu investasi luar biasa untuk mempermudah masyarakat mendapatkan informasi tentang keagamaan," ungkapnya dalam peluncuran portal web Kepustakaan Keagamaan di Jakarta, pada Kamis (23/9/2021).

Dalam kesempatan tersebut, Syarif Bando menyampaikan keinginannya untuk bersinergi dengan Kemenag dalam mirroring (penggandaan) data. Hal ini butuh dilakukan agar buku digital dapat menjangkau seluruh masyarakat, termasuk di wilayah perbatasan. Sebagaimana prioritas pembangunan Presiden Joko Widodo yakni pembangunan dimulai dari perbatasan, sehingga daerah terluar menjadi titik tolak untuk memastikan tersedianya bahan bacaan.

"Setidaknya butuh lima titik mirroring agar akses bahan bacaan bisa menjangkau masyarakat hingga perbatasan, dengan biaya Rp40 miliar. Sinergi dengan Kemenag ini untuk memastikan seluruh konten pembelajaran agama masuk di sini. Saya kira ini menjadi satu jawaban Kemenag untuk menjawab keterbatasan akses terhadap penduduk indonesia," jelasnya.

Menanggapi hal tersebut, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyetujui program mirroring untuk mendukung akses bahan bacaan, mengingat program penggandaan ini memiliki manfaat yang besar.

"Saya akan kawal langsung terkait program mirroring ini tentu saja nanti akan dikerjakan bersama dengan bimas yang ada karena ini portal semua agama. Bagaimana kita membuat sodaqoh ini produktif. Semoga portal ini bemanfaat terutama untuk guru, pendidik dan anak-anak di masa yang akan datang," ungkapnya.

Selain peluncuran portal web dan penandatanganan nota kesepahaman, acara juga diisi dengan talk show dengan tema Literasi Digital dalam Moderasi Beragama Menuju Indonesia Unggul.

Dalam talk show, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag Muhammad Ali Ramdhani mengatakan, sebuah survei internasional menyebut kebahagiaan individu ditentukan oleh pemahaman keagamaan. Yang menggembirakan, survei tersebut menempatkan Indonesia sebagai negara terbesar yang kebahagiaannya sangat ditentukan oleh pemahaman keagamaan.

Dari survei tersebut, sekira 93 persen menyatakan komitmen agama sebagai salah satu faktor penting kebahagiaan. Tetapi saat data ini diklarifikasikan dengan data yang lain, maka hasilnya agama sebagai pusat kebahagiaan terekspresi melalui ruang-ruang radikal.

"Literasi yang tidak sempurna membuat seseorang salah memperoleh asupan pendapatnya dan diekspresikan dengan cara yang salah. Agama memudahkan hidup, menata hidup bukan merusak tatanan hidup harmonisasi sosial. Ini yang dibutuhkan Indonesia ke depan untuk menjadi lebih baik," ungkapnya.

Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kementerian Agama Muhammad Zein mengungkapkan, pandemi Covid-19 membuat Indonesia dan negara di dunia mengalami learning loss. Jika ini dibiarkan, maka anak-anak Indonesia akan menjadi loss generation.

"Dari hasil riset, inovasi pemulihan pembelajaran di madrasah hanya bisa dilakukan dengan mengandalkan buku-buku teks. Jika guru mengajar tanpa buku teks yang mumpuni, maka transfer knowledge tidak akan sampai pada target pembelajaran. Ini yang mendorong kami segera mewujudkan kerja sama dengan Perpusnas," ungkapnya.

Zein menambahkan, kerja sama diharapkan dapat memperkuat literasi dan menambah bahan bacaan untuk para guru dan pendidik.