Warganet Harus Tahu, Ini Pentingnya Menerapkan Etika di Internet

Oleh : Chodijah Febriyani | Rabu, 22 September 2021 - 11:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Menurut sumber We Are Social Digital 2021: The Lates Insight Into The State of Digital, sebanyak 202,6 juta penduduk Indonesia telah menggunakan internet. Fakta ekosistem pengguna internet di Indonesia tersebut mengungkap kenaikan sebesar 15,5 persen atau 27 juta pengguna dibandingkan Januari 2020.

Berinteraksi digital akhirnya sudah menjadi keseharian dan setiap orang sudah harus memahami, etika nilai-nilainya. Terlebih saat berkolaborasi secara digital, perlu adanya kemampuan berinteraksi sesuai etika yang merupakan human skills dalam berkomunikasi. Termasuk juga hard skills berupa penguasaan terhadap perangkat media digital yang digunakan. 

"Etika merupakan istilah yang berasal dari Yunani kuno, ethicos berarti timbul dari kebiasaan. Yaitu studi filsafat mengenai standar dan penilaian moral, mencakup analisis dan penerapan konsep benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab," kata Dee Rahma, seorang Digital Marketing Strategist saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Bogor, Jawa Barat I, melalui siaran pers yang diterima Industry.co.id.

Apalagi menurutnya di saat berinteraksi digital, akan ada rekam jejak digitalnya berupa obrolan chat di What’sApp dan unggahan di media sosial. Sehingga dalam berinteraksi digital tentu ada tanggung jawabnya. Hal inilah yang mesti disadari orang Indonesia dengan kondisi bisa disebut sudah melek digital dengan 202,6 juta pengguna internet. 

Dari survei Digital Civility Index (DCI) 2020 oleh Microsoft yang dirilis Februari 2021 mengungkap netizen Indonesia sebagai yang paling tidak sopan se-Asia Pasifik. 

"Risiko utama ruang digital Indonesia, berita bohong dan penipuan, ujaran kebencian, dan diskriminasi," lanjutnya.

Menurut dia ada alasan mengapa hoax atau berita bohong berkembang di Indonesia. Antara lain karena banyaknya pengguna anonim, literasi digital masyarakat rendah dan mudah tersulut emosi, serta kurangnya berpikir kritis. Sebab itu sebelum interaksi, pahami dulu etika agar para penggunanya bisa menciptakan ruang digital yang sehat dan produktif. 

"Etika digital ini meliputi kemampuan memahami emosi dan diri sendiri sehingga punya citra diri positif. Masyarakat juga perlu berpikiran terbuka sehingga bisa saling respect dan memiliki toleransi sesuai pondasi dasar filosofi Bhineka Tunggal Ika. Selanjutnya kenali juga emosi orang lain dan pahami bahwa etika komunikasi digital sama dengan interaksi tatap muka," tukasnya.
 
Webinar Literasi Digital di Kota Bogor, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. Hadir pula narasumber seperti Daniel Hermansyah, CEO of Kopi Chuseyo, Dino Hamid, Founder FAMGOFEST & LATOMOCHI, Asep H. Nugroho, Dosen Fakultas Teknik UNIS. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.