Sambut Holding Ultra Mikro, Pegadaian Optimalkan Sinergi Digital dan Jaringan

Oleh : Hariyanto | Kamis, 05 Agustus 2021 - 11:09 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta – Menyambut hadirnya Holding Ultra Mikro, PT Pegadaian (Persero) siap mengoptimalkan sinergi jaringan digital dan gerai layanan (co-location) pada semester II tahun ini, bersama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., sebagai induk dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero).

Direktur Keuangan dan Perencanaan Strategis Pegadaian Ninis Kesuma Adriani menyampaikan saat ini beberapa strategi terkait holding sedang digarap antara lain kerjasama dalam bentuk perluasan jaringan dengan sistem sinergi gerai atau co-location.

"Selain itu, kami juga akan lakukan sinergi aplikasi berbasis digital untuk kemudahan nasabah dalam mengakses seluruh produk dan layanan dalam ekosistem holding ultra mikro," kata Ninis dalam keteranganya yqng dikutip INDUSTRY.co.id, Kamis (5/8/2021).

Ninis menyampaikan, melalui integrasi tersebut harapannya kinerja perseroan akan terjaga positif pada paruh kedua tahun ini. Terlebih di masa pandemi Covid-19 kondisi pasar memang cukup menantang. 

Untuk itu, Ninis mengungkapkan Pegadaian akan menerapkan strategi pendukung seperti shifting kegiatan pemasaran dan penjualan secara daring melalui webinar.  Harapannya langkah perseroan dapat selaras dengan konsep besar Holding Ultra Mikro (UMi).

Perseroan pun akan mengoptimalkan pasar instansi kelembagaan atau business to business (B2B). Optimalisasi pasar di sektor tersebut perlu ditempuh agar produk yang sesuai dengan kondisi saat ini seperti program Gadai Harian dapat terus berkembang. "Kami juga akan masih tetap mengoptimalkan transaksi di aplikasi Pegadaian Digital," katanya.

Senada, Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk Pegadaian Harianto Widodo mengatakan kendati adanya integrasi ekosistem ultra mikro bersama BRI dan PNM, perseroan masih menyasar target kinerja yang sama tahun ini.

Menurutnya, kondisi ekonomi segmen mikro paruh kedua tahun ini belum dapat menunjukkan performa lebih baik dari tahun lalu, meski sudah akan ada pelonggaran mobilitas. Harapannya, melalui integrasi holding kinerja diproyeksikan tetap positif, kendati masih konservatif.

"Sepertinya (kondisi) tidak sebaik tahun lalu. Masih banyak tantangannya. Ekspansi kami masih pakai RKAP awal tahun," katanya.

Adapun tahun depan, Harianto menyampaikan akan ada penyesuaian target kinerja yang diproyeksikan lebih agresif. Hal itu seiring dengan harapan sudah berjalannya integrasi bersama BRI dan PNM dalam holding UMi.

"Integrasi yang saat ini diakselerasi, ada di jaringan co-location, dan teknologi informasi. Tim bisnis juga terus melakukan kajian tim bersama manajemen office," imbuhnya.

Sebagai gambaran, pada 2020, pendapatan usaha Pegadaian meningkat 24,27% dibandingkan dengan 2019, yaitu dari Rp17,67 triliun menjadi Rp 21,96 triliun. Adapun laba bersih pada 2020 mencapai Rp2,02 triliun. Pegadaian pun mencatatkan kenaikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dari Rp 154 miliar pada 2019 menjadi Rp 2,12 triliun pada 2020.

Outstanding loan Pegadaian tumbuh 5% pada 2020 menjadi Rp54,7 triliun, dari Rp 50,4 triliun tahun sebelumnya. Khusus produk gadai, pada 2020 tumbuh 20,6% secara year on year atau menjadi Rp48,6 triliun. Pegadaian pun bisa menjaga NPL dalam persentase yang cukup baik pada 2020 yaitu 1,01%.

Sementara itu, untuk jaringan pelayanan Pegadaian diperkuat dengan 1 kantor pusat, 12 kantor wilayah, 59 kantor area, 642 kantor cabang, 3.579 kantor unit pelayanan cabang, 29 gerai The Gade Coffee and Gold serta 14 Bank Sampah.

Terkait sinergi jaringan gerai layanan, Wakil Direktur Utama BRI Catur Budi Harto menegaskan  pihaknya menyiapkan beberapa titik co-location untuk pemanfaatan yang lebih optimal, yaitu jaringan Agen BRILink sebagai channel bagi ketiga entitas di dalam holding BUMN UMi.

Sebagai gambaran, hingga Mei 2021 jumlah Agen BRIlink yang tersebar di seluruh penjuru Tanah Air mencapai 458.358 agen. “Kemudian kita juga melakukan integrasi data untuk efisiensi bisnis termasuk dalam konteks apabila diperlukan dalam penyaluran program bantuan sosial,” ujarnya.

Melalui holding, ketiga entitas pun melakukan proses akuisisi nasabah bersama. Bahkan menurut Catur, BRI, Pegadaian dan PNM sudah memiliki platform yang disusun bersama dengan nama UMi Corner. Catur menekankan, sarana tersebut dapat digunakan oleh beberapa tenaga pemasar dan ke depan oleh nasabah untuk mengakses layanan dari holding.

“Dan yang tidak kalah pentingnya, kita harapkan dengan ada ekosistem yang terintegrasi ini akan memudahkan segmen ultra mikro naik kelas ke segmen mikro,” tuturnya.

Apa yang diungkapkan Ninis maupun Catur soal co-location dipertegas Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo. Menurut Kartika yang akrab disapa Tiko, melalui co-location jejaring layanan BRI  ke depan akan dilengkapi dengan loket untuk Pegadaian maupun pos para account officer (AO) dari PNM Mekaar.

Bahkan melalui berbagai simulasi, co-location menurutnya mampu mencatatkan efisiensi. Tiko yakin sinergi jaringan layanan itu akan menekan biaya dana atau cost of fund.

“Saat ini cost of fund BRI sekitar 2,3% sementara pembiayaan di Pegadaian masih tergantung pasar modal biaya dananya bisa mencapai 6%-7% dan PNM 9%-10%. Nantinya pembiayaan didukung funding DPK BRI maka cost of fund bisa turun signifikan dan pembiayaan nasabah dengan bunga lebih rendah,” ujarnya.

Efisiensi lain dari konteks jaringan, lanjut dia, untuk ekspansi ke depan Pegadaian tidak perlu lagi menyewa atau membangun kantor baru. Namun bisa memanfaatkan unit desa BRI dengan membangun counter atau safe deposit sehingga biaya pembukaan jaringan baru bisa jauh lebih murah.