Ahli Sebut, ASI Tidak Dapat Tularkan Covid-19!

Oleh : Chodijah Febriyani | Rabu, 04 Agustus 2021 - 14:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Banyak beredar berbagai informasi palsu di media sosial baik dari group Whatsapp, Instagram, maupun Facebook terkait Covid-19 yang membuat masyarakat Indonesia menjadi khawatir, termasuk informasi palsu atau hoax terkait ibu menyusui selama pandemi. 

Menurut Founder dan Chairman Health Collaborative Center (HCC) Dr. dr. Ray Wagiu Basrowi, MKK terbukti bahwa hoax banyak beredar di kalangan ibu menyusui saat pandemi Covid-19 gelombang kedua. Hal tersebut dikatakan langsung oleh para tenaga kesehatan (nakes), bahwa hoax banyak mempengaruhi ibu-ibu menyusui.

"Paling banyak sering beredar hoax yang disampaikan nakes tentang bahwa Covid-19 bisa menularkan bayi lewat ASI. Padahal, itu tidak benar, itu hoax terbesar. Justru ASI ibu yang terkonfirmasi positif itu ada anitbodi untuk melindungi bayi dari paparan Covid-19," katanya dalam webinar acara Media Brief Pekan ASI 2021, Jakarta, Rabu (4/8/2021).

Lebih lanjut, dr Ray mengatakan hal tersebut tentu membuat kekhawatiran karena hoax tersebut dampak memberikan efek buruk terhadap ibu menyusui dan bayinya. Bahkan, hoax yang beredar dapat membuat ibu menyusui menjadi mogok memberi ASI karena takut menularkan virus tersebut ke bayinya.

"Nakes juga bilang, hoax selanjutnya yaitu para ibu menjadi mogok memberikan ASI. Ya, karena mereka takut menularkan Covid-19 ke anaknya. Mereka bilang saya lebih sayang anak. Lalu, stok ASI dibuang begitu saja. Bahkan sampai ada yang bilang, saya nggak mau menyusui, saya mau mogok saja," jelasnya.

Lalu, informasi palsu yang beredar lainnya yakni terkai vaksinasi Covid-19 pada ibu menyusui. "Busui yang vaksin menurutnya nggak baik untuk bayi. Karena vaksin tersebut bisa tersalurkan melalui ASI. Banyak yang bilang seperti itu ke bidan ataupun nakes," tuturnya.

Sehingga, dr Ray menyarankan untuk para nakes, bidan maupun dokter untuk membantu melawan beredarnya berita palsu, informasi palsu atau hoax yang tersebar di kalangan ibu menyusui dengan cara mengkonfirmasi kebenarannya melalui media sosial.

"Caranya dilawan dengan dlakukan extand message ke media sosial. Kan beredarnya melalui online, jadi harus beri tahu melalui online karena lebih terjangkau luas," tukasnya.