Interaksi Sesuai Etika, Media Sosial Bisa dijadikan Sarana yang Positif

Oleh : Chodijah Febriyani | Jumat, 30 Juli 2021 - 17:25 WIB

INDUSTRY.co.id - Pertumbuhan jumlah pengguna internet di Indonesia cukup pesat. Bahkan saat ini tercatat ada sekitar 160 pengguna media sosial aktif di Indonesia. Namun kabar buruknya dengan aktifitas massif di sosial media dan bagaimana masyarakat berkomentar, baru-baru ini netizen Indonesia menempati urutan terbawah menurut survei Digital Civility Index (DCI). 

Microsoft mengukur tingkat kesopanan digital pengguna internet dunia saat berkomunikasi di dunia maya dan mengamati sekitar 16 ribu responden di 32 wilayah selama bulan April hingga Mei 2020. Setelah itu akun Microsoft pun diserang, sekitar dua ribu komentar hingga harus menutup kolom komentarnya. 

"Netizen Indonesia memang perlu adanya literasi digital," kata Danan Dna, Creativepreneur CEO Swell Extended Fam, saat webinar Literasi Digital wilayah Kabupaten Bogor, Jawa Barat I, melalui siaran pers yang diterima Industry.co.id.

Di mengungkapkan, media sosial sendiri saat ini merupakan sebuah media daring yang digunakan oleh para penggunanya agar bisa dengan mudah berpartisipasi, berinteraksi, berbagi, berjejaring tanpa dibatasi ruang dan waktu. Dengan adanya media sosial ini, kegiatan seperti menghimpun keluarga, saudara, kerabat yang tersebar menjadi mudah. Media sosial juga sebagai penyebar informasi, memperluas jaringan pertemanan, sebagai sarana untuk mengembangkan keterampilan dan sosial, dan sebagai media promosi bisnis. 

Namun memang belum semua pengguna internet dan media sosial memahami dan memaksimalkan sisi positif dari interaksi sosial di ranah daring. Sementara justru yang terjadi di media sosial marak komentar negatif, ujaran kebencian, hingga perilaku perundungan sosial. Padahal saat ini sudah ada UU No.11/2008 yaitu Undang Undang Informasi dan Transaski Elektronik (UU ITE) yang mengatur hal tersebut.

Dia pun mengemukakan jenis komentar yang bisa kena pindana, seperti mengarah pada body shaming mengomentari bentuk tubuh, misa bentuk hidung dan postur tubuh. Selain itu ada juga komentar berupa hoaks atau berita bohong mengenai isu kesehatan berupa informasi terkait vaksin dan virus corona yang tengah jadi perbincangan hangat saat ini. 

"Ada juga komentar berupa ancaman dan bersifat asusila yang tak pantas, serta terkait isu sara dan agama," jelasnya.

Webinar Literasi Digital untuk wilayah Jawa Barat I Kabupaten Bogor merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bekerja sama dengan Siberkreasi. Di webinar kali ini hadir pula nara sumber lainnya yaitu Klemes Rahardja, Founder The Enterpreneur Society, Shandy Susanto, Dosen di Podomoro University, dan Taufik Hidayat, Kepala UPT IT & Dosen Fakultas Teknik di Universitas Syekh Yusuf. 

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya Budaya Bermedia Digital (Digital Culture), Aman Bermedia (Digital Safety), Etis Bermedia Digital (Digital Ethics), dan Cakap Bermedia Digital (Digital Skills) untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.