Industri Keramik Nasional Mulai Bangkit

Oleh : Dhiyan W Wibowo | Sabtu, 20 Mei 2017 - 18:25 WIB

INDUSTRY.co.id - Pelaku industri keramik mulai optimistis menatap penjualan keramik tahun 2017 ketimbang tahun 2016. Proyeksi positif pertumbuhan properti di tahun 2017 diharapkan bisa menjadi obat kuat bagi industri keramik.

Kementerian Perindustrian mencatat, kapasitas produksi terpasang ubin keramik nasional sebesar 580 juta m2 dengan realisasi produksi ubin keramik mencapai 350 juta m2 pada tahun 2016. Sebanyak 87 persen produksi keramik nasional di pasarkan di dalam negeri, serta sisanya di ekspor ke negara-negara di kawasan Asia, Eropa dan Amerika. Produksi keramik nasional, antara lain ubin, tableware, sanitari, genteng (rooftile).

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto saat Peresmian Pabrik Ke-5, PT Arwana Citramulia Tbk beberapa waktu lalu, menyebut,  industri keramik di Indonesia sebagai salah satu kelompok sektor yang diandalkan sebagai penggerak kinerja industri nasional selama 25 tahun terakhir. Selain itu, industri keramik  juga menjadi salah satu industri unggulan karena dukungan ketersediaan bahan baku berupa sumber daya alam yang tersebar di wilayah Indonesia.

“Industri keramik nasional dalam jangka panjang cukup prospektif seiring dengan pertumbuhan pasar dalam negeri yang terus meningkat,” ujar Airlangga.

Dengan program pemerintah dalam meningkatkan pembangunan properti dan perumahan, diharapkan ada peningkatan pada peningkatan konsumsi keramik nasional. `Kemenperin menargetkan, tahun ini industri keramik dan kaca mendapatkan harga gas di bawah USD 6 sesuai Perpres.

Diketahui, industri keramik nasional menunjukkan kinerja positif melalui nilai penjualan yang tumbuh sekitar 10-15 persen dengan volume mencapai 385-402 juta m2 pada tahun 2016. Di awal tahun 2017, sektor ini menambah kapasitas dengan beroperasinya pabrik baru di Jawa Timur.

“Kami memberikan apresiasi kepada PT Arwana Citramulia Tbk, yang melakukan kontribusi terhadap industri keramik nasional dengan pembangunan pabrik barunya. Apalagi Arwana yang masuk 10 besar di dunia, diharapkan menjadi industri manufaktur yang menopang perekonomian Indonesia, ” ujar Menperin.

Menurut Menperin, Pemerintah dan pelaku industri keramik perlu memiliki komitmen untuk menyusun strategi kebijakan dalam upaya mengendalikan produk keramik impor dengan berkompetesi memproduksi jenis, ukuran, dan desain keramik sesuai permintaan pasar dalam negeri.

Selain itu, diperlukan penegakan hukum dalam penerapan SNI wajib, usulan Technical Barrier to Trade (TBT) atas produk impor, dan peningkatan produktivitas perlu mulai diimplementasikan sebagai upaya pengendalian impor.

Dalam upaya meningkatkan kinerja industri nasional ke depan, lanjut Menperin, diperlukan langkah-langkah strategis, antara lain penguatan struktur industri, peningkatan kualitas SDM melalui pengembangan pendidikan dan pelatihan vokasi, penerapan inovasi teknologi melalui kegiatan penelitian dan pengembangan, serta pembangunan infrastruktur.

CEO PT Arwana Citramulia Tbk,  Tandean Rustandy, mengatakan, perusahaannya telah mengembangkan usaha di daerah Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sumatera Selatan. Kemudian  melakukan perluasan kapasitas produksi terpasang dengan pembangunan pabrik kelima di Mojokerto, Jawa Timur sehingga total kapasitas produksi terpasang sebelumnya 49,37 juta m2 per tahun menjadi  60 juta m2 per tahun.

Pembangunan pabrik kelima dengan kapasitas produksi 8 juta m2 per tahun, yang telah selesai dibangun dan berproduksi sejak Agustus 2016 ini menelan nilai investasi sebesar Rp 300 miliar dan akan menyerap tenaga kerja sebanyak 350 orang.”Pabrik ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan ubin keramik dan membuka lapangan kerja khususnya wilayah Jawa Timur, Bali, dan Indonesia bagian Timur,” ujar Tandean.