Miris! Kesadaran Akan Kebudayaan Bangsa Indonesia Menipis di Era Digitalisasi

Oleh : Chodijah Febriyani | Sabtu, 26 Juni 2021 - 15:45 WIB

INDUSTRY.co.id - Kebudayaan merupakan seluruh pola perilaku dan bagaimana sebuah bangsa mengatur pola perilaku itu yang bisa tercermin dalam lambang kesenian misalnya tari yang bersifat keindahan, termasuk bahasa, dan tradisi, bahkan benda-benda kebudayaan.

Peran kebudayaan untuk masyarakat dapat dicontohkan sebagai upaya melindungi diri terhadap alam, misal orang Papua menganggap gunung sebagai ibu. Dengan menganggap alam sebagai orang tua maka masyarakatnya tidak akan mungkin tega merusaknya. Budaya juga bisa mengatur hubungan antar manusia, dam mengatur masyarakat tertentu bagaimana berinteraksi dengan orang lain, serta sebagai wadah segenap perasaan masyarakatnya.

“Indonesia merupakan bangsa yang sangat bangga dengan budayanya dan memiliki etnolinguistik paling banyak di dunia. Namun di era digital saat ini kesadaran akan budaya bangsa sendiri semakin menipis sebab kurangnya pemahaman literasi budaya yang kurang,” ujar Clara Tobing, Kaprodi FH UBJ saat webinar Literasi Digital wilayah Kota Depok, Jawa Barat I melalui siaran pers yang diterima Industry.co.id.

Lebih jauh Clara mengungkapkan, literasi kecintaan terhadap budaya ini menipis karena kurangnya kesadaran berpartisipasi dalam acara kebudayaan. Selain itu ada pengaruh internalisasi nilai budaya kesejarahan yang kurang dari keluarga, terbatasnya ruang ekspresi berbudaya. Generasi yang kurang paham budaya ini disebabkan karena kurang pengajaran mengenai budaya tersebut.

“Jadi teknologi informasi yang ada saat ini kurang dimanfaatkan untuk mempromosikan budaya kita,” jelas Clara.

Clara mengungkapkan, digital teknologi yang ada saat ini seharusnya menjadi cara untuk mengenalkan budaya dan bisa dimaksimalkan, terlebih sering kali terjadi budaya Indonesia yang akhirnya diklaim negara lain. 

Contohnya dengan penjualan barang-barang bersifat budaya melalui marketplace yang sempat dilakukan Tokopedia, di mana ada kegiatan UKM pasar budaya yang menjual produk lokal bisa berupa makanan lokal hingga barang yang bersifat budaya.

“Di era pandemi yang membatasi pariwisata saat ini. Sebenarnya tetap bisa dilakukan pertunjukan pekan kebudayaan daring, jadi daripada mati total, mengalihkan ke era teknologi dengan melakukan live streaming melalui internet,” bebernya.

Masih ada lagi cara mengenalkan dan melestarikan budaya Indonesia melalui teknologi. Misalnya dengan penggunaan aplikasi pengenalan budaya. Tiap daerah di Indonesia dapat memanfaatkannya sebagai sarana informasi yang diperkenalkan kepada generasi masa kini yang masih kurang dalam literasi budaya negeri sendiri.

Webinar Literasi Digital di Kota Depok, Jawa Barat I, merupakan bagian dari sosialisasi Gerakan Nasional Literasi Digital 2021 yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika. 

Webinar kali ini juga mengundang narasumber seperti Irma Nawangwulan seorang Lecturer di IULI, Bentang Febrylian dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia, dan Aribowo Sasmito dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.