Dampak Pandemi, Situs Bersejarah di Tibet dibanjiri Wisawatan Asal China

Oleh : Chodijah Febriyani | Selasa, 22 Juni 2021 - 11:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Wisatawan asal China baru-baru ini dilaporkan menyerbu tempat wisata di Tibet. Hal ini dikarenakan dampak dari pembatasan pandemi Covid-19 sehingga wisatawan China yang biasanya melancong ke luar negeri kini beralih berkunjung ke wisata domestik seperti Tibet.

Dilansir dari laman Indianexpress, akibat dari membeludaknya wisatawan asal China tersebut menimbulkan risiko bagi lingkungan dan situs-situs bersejarah di kawasan tersebut.

Para wisatawan China tersebut mengunjungi destinasi-destinasi populer di Tibet seperti ke Istana Potala, kediaman Dalai Lama pada periode 1649 hingga 1959. Bangunan itu ditetapkan sebagai Situs Warisan Dunia oleh UNESCO sejak 1994.

"Tempat tersebut bisa dikunjungi wisatawan hingga 5.000 per/harinya. Ini merupakan tantangan terbesar bagi kami, antara perlindungan dan peninggalan budaya serta bagaimana menyeimbangankan permintaan wisatawan," kata kepala administrator, Gonggar Tashi.

Sementara Ge Lei, wakil direktur Asosiasi Pemasaran Pariwisata China mengatakan jutaan wisatawan berkunjung ke Tibet setiap tahunnya, dan 2020 mengalami peningkatan 12.6 persen dari tahun sebelumnya. Dia pun berharap jumlah pengunjung bertambah dua kali lipat pada 2026.

"Ini sangat jauh melebihi populasi Tibet yang hanya berjumlah 3,5 juta orang. Dengan ini perlu kehati-hatian untuk melindungi lingkungan dan budaya akibat lonjakan pengunjung," jelasnya.

Lebih lanjut, seorang geografer budaya di NYU Shanggai Travis Klingberg menyebutkan wisatawa yang berkunjung ke Tibet adalah mereka yang tertarik dengan mistik dan mitos Tibet sebagai tanah terpencil yang terikat salju. 

"Tibet telah menjadi tempat lanskap alam yang indah yang berarti bagi bangsa China. Tibet telah mengalihkan fokusnya dari pengunjung internasional ke domestik karena kelas menengah China telah berkembang," sambung Emily Yeh, seorang profesor geografi di University of Colorado Boulder. 

"Orang Tibet kadang-kadang mengeluh tentang turis China yang tidak menghormati tradisi budaya," lanjutnya.

Pengembangan lebih lanjut harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari rusaknya situs budaya. "Akan sulit untuk melindungi ekologi dan budaya Tibet. jika kita tidak memiliki rencana jangka panjang. Jadi sangat penting untuk menetapkan seperangkat nilai dan aturan perilaku untuk perjalanan di Tibet sambil membangun fasilitas," tukas Ge Lei.