Solusi Dari Psikolog Jika Anak Mengalami Krisis Identitas hingga Bullying di Ruang Digital

Oleh : Chodijah Febriyani | Senin, 21 Juni 2021 - 15:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Saat ini gadget dapat digunakan oleh semua kalangan bahkan, anak-anak pun sudah mahir menggunakannya. Kondisi ini tentunya sangat memprihantikan terlebih, di masa pandemi ini anak-anak mungkin lebih banyak menghabiskan waktu bermain gadget di rumah. 

Tentu saja ini dapat berdampak buruk jika anak sibuk bermain gadget seperti menurunnya daya atensi dan konsentrasi, merusak kualitas hubungan, terganggunya kesehatan, gaya hidup yang buruk, hingga risiko tindak kejahatan. 

Hal tersebut dibenarkan oleh Oriza Sativa, Psikolog Klinis yang menyebutkan bahaya bermain gadget dapat merusak kemampuan motorik anak. "Saya sering mendapati anak mogok sekolah, kesiangan bangun sekolah, anak jadi tidak terasah kemampuan motoriknya dan bullying ini bukan main-main semakin ke sini banyak anak-anak stress karena membandingkan hidupnya," katanya.

Berbagai masalah pada anak, juga menghantui di zaman yang serba digital seperti munculnya krisis identitas karena melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna. Ada pula risiko kecanduan, paparan aliran radikalisme, berbagai gangguan klinis perilaku, risiko terkait seksual, dan bahaya jadi konsumtif di mana anak-anak terbentuk dari apa yang dia lihat dan didengar.  

Menurut Oritza, masyarakat seharusnya bisa mendapatkan manfaat dari penggunaan teknologi untuk mempermudah kehidupan. Bukan justru merugikan seperti permasalahan yang tengah terjadi pada netizen Indonesia saat ini. 

"Dasarnya adalah nilai hidup, bahwa sebenarnya budaya adalah cara hidup yang berkembang dan dimiliki masyarakat," katanya.

Dengan memiliki budaya atau sikap hidup yang baik dan pentingnya anak-anak atau generasi muda untuk punya nilai hidup agar hidupnya berkualitas. Nilai-nilai seperti menyayangi sesama, hormat kepada orang tua, memaafkan, berbagi, hingga nilai kemandirian dan kedisiplinan perlu ditanamkan orang tua sebagai nilai kehidupan anak. 

Begitu juga nilai hidup usia dewasa, yang harus memiliki integritas, kesetiaan, kejujuran, mau bekerja keras, memiliki ketabahan, dan harga diri. Oritza juga memberikan panduan bagi orang tua, agar bisa menjadi role model bagi anak-anak, di mana orang tua sendiri harus melek teknologi. 
 
"Nilai hidup yang ditanamkan akan diwariskan kepada generasi, konteks budaya tidak lepas dari nilai hidup," tutur Oritza. 

Nilai hidup, fungsi keluarga, arti teman dan pertemanan, lakukan literasi digital serta pantau aktivitas berinternet anak. Jaga hubungan baik dengan sahabat dan teman anak anda, tetap tumbuhkan nilai-nilai kehidupan agar terciptanya literasi digital yang berkualitas.

Panduan bagi orang dewasa, selaraskan waktu antara berinternet dan bersosialisasi, budayakan mengecek fakta sebelum berbagi segala informasi. Selain itu tumbuhkan kualitas hidup yang positif agar tidak terjebak dalam perilaku tidak sehat dalam berinternet.

Webinar Literasi Digital wilayah Jawa Barat I, Kabupaten Bekasi kali ini menghadirkan pula narasumber lainnya seperti Digital Marketing Strategist Dee Rahma, Komisioner Komnas Perempuan Siti Aminah, dan Digital Lead Eden Creatived Network Arya Perdana. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.