Perubahan Interaksi Sosial di Era Digital Dapat Berdampak Negatif Bagi Pengguna Internet

Oleh : Chodijah Febriyani | Sabtu, 19 Juni 2021 - 15:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Pandemi memaksa kita bertransformasi digital lebih cepat dengan adanya perubahan besar-besaran yang secara fundamental mengubah sistem dan tatanan ke cara baru. Namun di balik itu muncul juga budaya digital yang menggambarkan bagaimana teknologi dan internet membentuk cara manusia berinteraksi.

"Saat ini masyarakat sedang mengalami pertumbuhan lingkaran sosial yang cepat. Namun bisa jadi negatifnya tanpa sadar diajak kepada perilaku yang melanggar etika, karenanya makanya diperlukan edukasi," ujar Penulis & Aktivis Literasi dari MA Digital Media, Culture and Education, Feby Indirani saat webinar Literasi Digital wilayah Jawa Barat I, Kabupaten Bekasi pada Selasa (17/6/2021).

Ada berbagai hal positif yang bisa dimanfaatkan dengan perkembangan yang cepat di era digital ini. Seperti kemudahan mengakses ke seluruh ringkasan pengetahuan dunia dan menemukan komunitas yang selaras, dan dapat memperoleh manfaat sosial capital.

Namun tak dapat dipungkiri, bahwa interaksi sosial di ranah daring juga rawan dengan anonimitas yang bisa mengarah pada mentalitas tidak bertanggung jawab. Kondisi bahaya dengan menyendiri dan sibuk dengan teknologi pun terjadi di Jepang yang disebut Hikikomori.

"Kondisi ini dialami oleh sekitar satu juta warga Jepang. Sangat berbahaya, dan mulai ada di Indonesia. Waspadai juga konten radikalisme online seperti perekrutan kelompok teroris, bukan hanya terjadi di Indonesia tapi seluruh dunia," ujar Feby.

Perhatikan juga dan berhati-hati dengan algoritma media sosial. Sebab menciptakan gelembung yang tidak terlihat dan memisahkan seseorang dari sudut pandnag yang berlawanan dengannya. Sehingga seseorang bisa terisolasi secara intelektual dan hanya mendapat informasi dari pihak yang sepahaman.

"Jangan hanya mengandalkan interaksi sosial di dunia digital, kita harus tetap berinteraksi dengan dunia nyata," tutur Feby.

Feby juga menekankan masyarakat untuk menanamkan pluralism daring. Yakni pemahaman bahwa kemajemukan masyarakat Indonesia dan perbedaan pendapat merupakan hal yang biasa. di sisi positif dalam bersosial media setiap orang hendaknya manfaatkannya untuk meningkatkan sosial capital, menambah jejaring, berpartisipasi untuk misi sosial baik, seta untuk meningkatkan kepercayaan dengan publik dengan personal branding.

Webinar Literasi Digital wilayah Jawa Barat I, Kabupaten Bekasi kali ini menghadirkan pula narasumber lainnya seperti Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia Dino Hamid, Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum SMAN 70 Jakarta, dan Meylani Pratiwi dari Divisi Administrasi RTIK. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.