Masyarakat Perlu Gunakan Media Sosial dengan Tepat Agar Tercipta Budaya Berinternet Sehat

Oleh : Chodijah Febriyani | Kamis, 17 Juni 2021 - 11:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Budaya digital diartikan sebuah konsep yang menggambarkan bagaimana teknologi dan internet membentuk cara kita berinteraksi sebagai manusia. Yakni cara berperilaku, berpikir, dan berkomunikasi dalam masyarakat. 

Topik yang sering diperbincangkan dalam konteks budaya digital di antaranya media sosial, digital media, big data, bisnis online dan lain sebagainya. Semua topik tersebut bila dikerucutkan menjadi satu tema besar yaitu hubungan antara manusia dan teknologi.

Data yang dihimpun Social-Hootsuite pada Januari 2021 menunjukan pengguna internet di Indonesia tumbuh 15,5 persen atau sebesar 27 juta orang selama pandemi. Sementara pengguna media sosial aktif ikut tumbuh 6,3 persen atau 10 juta orang. 

"Lebih dari 8 jam hidup kita warga negara Indonesia berinternet jadi memang budaya digital sudah jadi bagian hidup kita. Tapi bagaimana budaya digital kita pasca pandemi?," ujar Febi Indriani, seorang Penulis dan Aktivis Literasi saat webinar Literasi Digital wilayah Jawa Barat I, Kabupaten Bekasi pada Jumat (11/6/2021) 

Febi melanjutkan, komunikasi melalui platform digital sebenarnya terjadi langsung, meski terintermediasi. Bahkan setiap orang bisa turut memengaruhi hari orang lain, walaupun tidak kenal. Berbeda dengan komunikasi langsung, komunikasi digital dilakukan dengan huruf, emoji, gambar, foro, grafik, music dan jenis lainnya. Karena itu pastikan bahwa setiap orang berhati-hati untuk menggunakannya dengan tepat.

"Jadikan interaksi sosial melalui platform digital mempermudah kita memberikan apresiasi kepada pihak lain yang menurut kita telah menyumbang hal positif," kata Febi lagi.

Akan tetapi ada banyak hal yang perlu diwaspadai dan mungkin saja justru merugikan. Contohnya saja
justru memfasilitasi perilaku clickbait karena ingin cari perhatian, serta anonimitas interaksi digital yang bisa mengarah pada mentalitas yang buruk, serta muncul kecemasan akibat sosial media.

Menyikapi hal ini tentunya sebagai bangsa yang berbudaya harus bisa lebih kritis di dunia digital. Seperti tidak begitu langsung percaya pada informasi yang ada, serta menjaga sikap dengan berkata-kata santun, tidak memaki, maupun provokasi saat menyampaikan kritik. Sebab bahayanya rekam digital itunyata dan perlu berhati-hati.

Webinar Literasi Digital kali ini menghadirkan pula nara sumber lainnya seperti Moch. Latif Faidah, Relawan TIK dan Pendiri Pintu Bahasa, Eko Prasetya Wakil Ketua Umum Relawan TIK Indonesia, dan Diena Haryana Founder dari SEJIWA. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Literasi Digital di 34 Provinsi dan 514 Kabupaten dengan 4 pilar utama. Di antaranya digital skills, digital ethics, digital safety dan digital culture untuk membuat masyarakat Indonesia semakin cakap digital.