IPA Dorong Indonesia Jadi Industri Migas Kompetitif

Oleh : Ridwan | Kamis, 18 Mei 2017 - 04:40 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Presiden Asosiasi Migas Indonesia (IPA) Christina Verchere mendorong industri minyak dan gas bumi (migas) nasional agar menjadi lebih kompetitif di tingkat lokal dan internasional.

"Industri migas dikombinasikan dengan berbagai sektor pendukungnya memiliki efek berganda yang sangat besar bagi ekonomi Indonesia. Karena itu membuat Indonesia menjadi kompetitif dan atraktif bagi investasi harus menjadi prioritas utama pemerintah Indonesia," kata Christina di JCC Senayan, Jakarta, Rabu (17/5/2017)

Dalam pidato pembukaannya Christina Verchere menekankan kontribusi signifikan dari industri hulu migas di samping memproduksi energi juga harus maksimal menghasilkan pendapatan bagi negara.

Sementara itu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan berbicara mengenai berkurangnya dana investasi global yang dikarenakan oleh jatuhnya harga minyak dalam tiga tahun terakhir.

Perusahaan minyak didorong untuk menjadi lebih kompetitif dan efisien untuk menghadapi situasi bisnis tersebut.  Tantangan dari industri ini bukan saja biaya operasional. Kita masih harus menghadapi tantangan rendahnya harga minyak global," katanya.

"Industri ini merupakan pendorong utama dari pertumbuhan ekonomi Indonesia dan karenanya Pemerintah terus berusaha untuk melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kemudahan proses bisnis di Indonesia. Deregulasi dengan cara mengurangi jumlah perijinan serta reformasi birokrasi dilakukan demi untuk mendorong investasi di Indonesia," lanjut Jonan kepada sejumlah awak media.

Meskipun kontribusi sektor migas ke kas negara menurun namun tidak dapat dipungkiri bahwa kontribusi industri in merupakan pendorong pertumbuhan ekonomi dan menjadi katalisator perkembangan daerah melalui efek bergandanya.

Sayangnya dampak ekonomi tersebut terhalang oleh beberapa tantangan yang dihadapi oleh industri hulu migas Indonesia.

Tantangan itu antara lain ketidakpastian hukum, aturan fiskal yang tidak kompetitif, reformasi regulasi (revisi dari Peraturan Pemerintah No.79/2010 dan keekonomian skema gross split), dan biaya investasi yang diakibatkan oleh turunnya produksi minyak, rasio penggantian sumber migas yang rendah, investasi yang lambat dalam infrastruktur gas serta rendahnya minat dalam blok baru yang ditawarkan pemerintah Indonesia.

Tahun ini, IPA Convex memperkenalkan Business Case Competition ke dalam rangkaian programnya. Industri tengah menghadapi tantangan teknis dan non-teknis yang semakin banyak, karenanya lebih dari 200 kalangan muda Indonesia diajak ikut ambil bagian untuk menguji kemampuan bisnis mereka untuk memecahkan satu set permasalahan komersil, politik dan sosial yang diberikan.

IPA Convex juga mengadakan sesi diskusi pengetahuan di mana ratusan kalangan muda Indonesia berpartisipasi dalam beragam loka karya.

Lebih dari 119 karya ilmiah dan 66 poster yang menuliskan mengenai pencapaian dan temuan baru dalam industri ini akan dipresentasikan dalam loka karya dan diskusi poster .

Selama ini IPA Convex telah mengumpulkan lebih dari 3.400 karya tulis teknis berkualitas internasional di mana para ahli dari seluruh dunia berbagi best practices mereka dalam kegiatan eksplorasi dan produksi.

Convex yang diikuti lebih dari 1.500 peserta dan 113 perusahaan peserta pameran di lahan seluas 3.000 meter persegi di Jakarta Convention Center memamerkan teknologi, inovasi dan solusi terkini dari seluruh dunia. Convex ini juga menjadi ajang yang dipilih bagi para pelaku industri untuk saling mengenal dan berinteraksi