Festival Tenun Ikat Sumba Buat Wisata NTT Jadi Kelas Dunia

Oleh : Chodijah Febriyani | Sabtu, 13 Mei 2017 - 09:35 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Siap-siap bagi Anda kolektor tenun atau penggemar kain tenun, pada tanggal 31 Mei hingga 6 Juni 2017 akan diselenggarakan Festival Tenun Ikat di Tambaloka, Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Menurut Menteri Pariwisata, Arief Yahya dengan adanya penyelenggaraan Festival Tenun Ikat dan Parade Pesona Kebangsaan 2017, akan menjadi sarana untuk mempromosikan wisata di NTT serta meningkatkan kunjungan ke sana.

"NTT salah satu destinasi kelas dunia karena di sana terdapat destinasi unggulan Indonesia yakni ada Komodo, Danau Kalimutu dan Labuan Bajo, yang dikembangkan sebagai Bali Baru" ujar Menpar Arief Yahya melalui siaran persnya yang diterima Industry.co.id, Jumat (13/5/2017)

Selain itu, menurut Gubernur Frans Lebu Raya mengatakan, "Pariwisata NTT bertumpu pada daya tarik alam (nature), budaya (culture) dan daya tarik wisata buatan (manmade) serta memperkuat unsur 3A (atraksi, amenitas, dan aksesibilitas) untuk menarik minat wisatawan."

Sementara, Bupati Sumba Barat Daya Markus Dairo Talu mengungkapkan, "Tenun Ikat Sumba dengan beragam corak dan varian warnanya yang khas dan unik telah mendunia sejak Abad 18 menjadi salah satu komoditi perdagangan Bangsa Eropa," katanya.

Tenun Ikat Sumba ini memang terkenal dan digemari oleh banyak kalangan hingga ke internasional baik digunakan untuk fesyen, interior, dekorasi maupun aksesoris.

"Tahun 2016 kunjungan wisatawan ke NTT sebanyak 972 ribu Jika dijabarkan 832 ribu wisnus dan 140 ribu wisman sebagian besar berkunjung ke Pulau Flores kemudian Pulau Timor, Alor, Sumba dan Rote Ndao,” kata Frans Lebu Raya.

Festival Tenun Ikat Sumba 2017 akan diikuti sekitar dua ribu orang penenun dari empat kabupaten se-daratan Pulau Sumba yakni Kabupaten Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah dan Sumba Timur. Para penenun ini akan memperagakan cara menenun dari memintal, mengikat benang, memberi warna hingga menentun menjadi kain tenun yang siap pakai.

"Oleh karena itu, diharpakan dengan adanya festival ini bukan hanya mengembangkan nilai budaya, tetapi dapat menjadi nilai ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkas Markus Dairo Talu.