Kolaborasi RHI dan IT's Buah Bantu Kesehatan Anak Melalui Minuman Berbasis Hortikultura Lokal

Oleh : Herry Barus | Senin, 09 November 2020 - 17:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta– Produsen minuman berbahan dasar buah lokal IT’s Buah baru-baru ini memperluas program #berbagisehat dengan menggandeng Rumah Harapan Indonesia (RHI). RHI sendiri merupakan organisasi sosial yang menyediakan fasilitas rumah singgah untuk anak-anak sakit usia 0 hingga 17 tahun dari keluarga tidak mampu yang berasal dari luar Jakarta, yang dirujuk untuk berobat atau rawat jalan di rumah sakit di Jakarta.

RHI memberikan fasilitas makan gratis bagi pasien dan pendampingnya selama berada di RHI, transportasi (antar-jemput) dari RHI ke rumah sakit, serta kebutuhan sehari-hari sepert susu, alat mandi, dan lain-lainnya.

Menurut CEO ITs Buah Senin (9/11/2020) Hamzah Pasaoran Sinaga mengatakan, usia anak-anak merupakan masa emas bagi tubuh untuk menyerap nutrisi alami yang tidak dicampur oleh bahan kimiawi apapun, yang bisa berdampak pada kondisi tubuh di masa akan datang. Apalagi jika anak-anak tersebut menderita penyakit-penyakit kronis yang bisa berimplikasi pada menurunnya daya fungsi organ tubuh.

“Kami sangat bangga bisa bekerjasama dengan RHI yang sejak lama telah memberikan kontribusi besar bagi masyarakat kurang mampu yang harus datang ke Jakarta untuk berobat. Dengan menyuplai minuman bernutrisi rutin setiap dua kali dalam seminggu, kami berharap bisa membantu proses kesembuhan anak-anak yang diasuh oleh RHI,” tutur pria yang akrab dipanggil Hapasi ini.

Produk IT’s Buah, tambahnya, dibuat dari sari buah lokal yang tidak dicampur oleh bahan kimia apapun termasuk gula dan air sehingga minuman ini tidak boleh dikonsumsi lebih dari tiga hari.

“Kami tidak ingin konsumen mengkonsumsi zat-zat di luar sari buah itu sendiri. Pertama, hal ini bisa menimbulkan penyakit dalam jangka panjang, terutama pada anak-anak. Zat adiktif dalam dosis tinggi pada makanan atau munuman bisa mengganggu stabilitas tubuh anak yang masih dalam tahap mengembangkan sistem metabolismenya.”

Kedua, tuturnya, bisa memicu obesitas dan mengganggu masa pubertas pada anak.

“Kami percaya bahwa RHI memiliki standard tinggi dalam memberikan fasilitas makanan dan minuman untuk pasien anak yang dirawat di sana, karena itulah kami sangat berterima kasih atas kesempatan untuk bisa berkontribusi. Artinya, minuman yang kami produksi memenuhi kualitas dari sisi kesehatan dan aman bagi anak-anak yang sedang dalam masa perawatan.”

Hapasi menambahkan, program #berbagisehat inimemang menyasar banyak segmen karena tidak semua lapisan masyarakat peduli dengan pola hidup sehat dan asupan gizi dalam tubuh.

“Bisa jadi pasien-pasien anak di RHI menderita penyakit bukan disebabkan karena faktor genetik, namun karena faktor lain seperti gizi buruk, tinggal di daerah yang berdempet-dempetan, dan ventilasi udara yang tidak bagus. Maka solusinya, selain dengan perawatan medis, bisa juga dengan meningkatkan imunitas melalui asupan nutrisi yang cukup,” ungkapnya.

Ia pun berterima kasih kepada para pelanggan IT’s Buah yang telah berkontribusi dalam program ini.

“Pada intinya, kami hanya menyalurkannya saja, sedangkan pelangganlah yang rela menyisihkan sebagian dana mereka untuk mendukung kegiatan ini.”

Hortikultural Lokal

Bukan tanpa alasan jika IT’s Buah menggunakan buah lokal dibanding buah impor sebagai bahan baku produksinya. Selain kandungan gizinya lebih tinggi, juga membantu meningkatkan kesejahteraan petani lokal di Indonesia. Menurut Hapasi, Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian di sektor pertanian, bahkan memiliki sumber daya alam melimpah dan tanah yang subur dengan keaneragaman hayati yang tinggi.

“Harapan kami, UKM ini bisa membantu meningkatkan taraf hidup petani baik langsung maupun tidak langsung, dan turut menyehatkan masyarakat Indonesia dalam jangka panjang.”

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor sayuran Rp11,5 triliun, buah Rp22.5 triliun dan gula Rp31,5 triliun. Total impor ketiganya Rp 65,5 trilun. Impor ketiganya sebagian besar dari China. Dampak impor buah dan sayur meroket, petani kian tergencet.

“Jika 30 persen saja dari Rp65,5 triliun itu digunakan untuk membeli produk petani lokal, kehidupan mereka bisa lebih layak. Kerjasama kami dengan RHI tentu turut membantu secara tidak langsung penyerapan pasar dari produk petani lokal kita,” ungkapnya.

Menurut pendiri Rumah Harapan Indonesia Valencia Mieke Randa, saat pandemi seperti sekarang, tantangan pengurus lebih besar karena harus membentengi anak-anak yang sakit agar terhindar dari wabah corona.

“Kami berusaha mengencangkan ikat pinggang tanpa mengurangi layanan pada kebutuhan mereka secara gratis. Kebutuhan sandang pun yang penting mereka makan sehat dulu. Buah- buahan biasanya kami penuhi kalau masih ada kelebihan dari sisa uang belanja,” tuturnya.

Valencia pun merasa bersyukur bisa bekerjasama dengan IT’s Buah karena kebutuhan nutrisi bisa terpenuhi tanpa harus ada biaya tambahan yang keluar.

“Ini akan sangat membantu mereka dalam berjuang melawan sakitnya,” ungkapnya.

RHI didirikan pada 2014 oleh Valencia Mieke Randa. Pada awal berdirinya RHI menggunakan nama Rumah Harapan Valencia Care Foundation (RHVCF). Selama kurang dari 2 (dua) tahun, RHVCF sudah ada di Jakarta, Bandung, Bali, dan Aceh. Pada pertengahan 2016, RHVCF berganti nama menjadi RHI dengan misi membangun lebih banyak lagi rumah singgah di seluruh kota besar di Indonesia. Bersamaan dengan perubahan nama menjadi RHI, artis Raline Shah bergabung sebagai co-founder RHI. Sejalan dengan misi RHI, pada 2017 rumah singgah RHI hadir di Semarang.