Kuartal III Pendapatan Chandra Asri Anjlok Sebesar USD 120 Juta

Oleh : Hariyanto | Rabu, 28 Oktober 2020 - 10:41 WIB

INDUSTRY.co.id

Jakarta —  PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mencatatkan pendapatan bersih sebesar USD1,26 miliar pada kuartal III tahun ini, turun sebesar USD120 juta atau 8,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar USD1,38 miliar.


"Pendapatan bersih menurun 8,6% menjadi USD1,26 miliar dari USD1,38 miliar akibat dari harga penjualan rata-rata produk yang lebih rendah terutama untuk Olefins dan Polyolefins," kata Direktur Chandra Asri Petrokimia Suryandi dalam keterangannya yang dikutip, Rabu (28/10/2020).

Pada kuartal III tahun ini, TPIA mencatat rugi bersih USD19 juta. Hal ini berbeda jika dibandingkan periode yang saham tahun sebelumnya yang masih mencatatkan laba bersih USD32,1 juta. Namun, kerugian ini menyusut dari kuartal II tahun ini.

"Penurunan sebesar USD51 juta sebagian besar disebabkan oleh margin produk yang terkompresi pada kuartal I 2020, diimbangi oleh pengendalian biaya atas pengeluaran operasi yang lebih ketat dan pajak yang lebih rendah, tetapi dengan rebound yang terjadi di semester II 2020," papar Suryandi.

Sementara itu, pada kuartal III tahun ini EBITDA turun 57,9% menjadi USD65,5 juta dari USD155,4 juta karena kemerosotan industri petrokimia global pada kuartal I tahun ini, di mana lemahnya permintaan akan produk petrokimia karena perang dagang AS.

Di sisi lain, perbaikan pada paruh kedua tahun 2020 ini terjadi dengan latar belakang pemulihan permintaan dari China dan Asia Timur Laut, kekuatan bisnis karena adanya permintaan akan kemasan plastik sebagai produk berbiaya rendah dan higienis, dan fokus berkelanjutan kami pada keunggulan operasional untuk memberikan operasi yang lancar dan aman.

"Posisi neraca kami tetap solid dengan kumpulan likuiditas sebesar USD797 juta per 30 September 2020 termasuk kas dan setara kas sebesar USD516 juta," ujar Suryandi.

Sementara itu, Chandra Asri secara proaktif melakukan percepatan pelunasan sebesar USD125 juta dari secured term loan terakhir pada Juli 2020 yang semestinya jatuh tempo pada tahun 2023, membeli kembali obligasi USD sebesar USD20 juta di pasar terbuka, dan menerbitkan obligasi Rupiah dalam negeri sebesar USD68 juta untuk secara proaktif mengelola struktur modal sekaligus mengurangi biaya pendanaan secara keseluruhan