Luar Biasa, Tiga Perusahaan Raksasa Asal China, Korsel & AS Berebut Bangun Pabrik Baterai Triliunan Rupiah di KIT Batang

Oleh : Ridwan | Senin, 26 Oktober 2020 - 11:20 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang benar-benar menjadi primadona bagi sejumlah perusahaan asing yang ingin mendirikan pabrik di kawasan yang rencananya akan memiliki luas lahan pembangunan mencapai 4326,8 Hektare (Ha).

Belakangan ini, publik ramai digegerkan dengan rencana perusahaan otomotif raksasa asal Amerika Serikat (AS) Tesla yang menyatakan ketertarikannya membuat pabrik baterai di KIT Batang.

Ketertarikan Tesla tersebut disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan yang menyebut bahwa dirinya pernah ditelepon pihak Tesla.

"Saya ingin sampaikan lagi peminat investasi ke Indonesia banyak. Tadi saya baru ditelepon dari Tesla di Amerika, mereka juga berminat membangun (pabrik) baterai lithium di Indonesia," kata Luhut, awal September 2020 lalu.

Tak hanya Tesla, dua perusahaan raksasa pembuat baterai Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China dan LG Chem Ltd dari negeri gingseng Korea Selatan malah sudah menetapkan akan berinvestasi sekitar USD20 miliar atau setara Rp296 triliun di proyek baterai di Indonesia.

Kedua perusahaan itu telah menandatangani perjanjian awal (Heads of Agreement) dengan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pada bulan lalu guna menghasilkan nilai tambah dari produk nikel Antam.

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menanggapi rencana perusahaan otomotif asal Amerika Serikat Tesla membangun pabrik baterai di kawasan industri terpadu Batang, Jawa Tengah.

Ganjar mengaku mendengar kabar itu murni dari pemberitaan di media massa. Hingga kini, ia belum dihubungi langsung atau diajak berkomunikasi dengan produsen mobil listrik yang dipimpin oleh Elon Musk tersebut.

Ganjar juga belum pernah diajak berdiskusi dengan pemerintah pusat terkait hal itu.

"Saya juga baru tahunya baca dari media," ujar Ganjar, Jumat, 23 Oktober 2020.

Hal serupa disampaikan oleh Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Jawa Tengah, Ratna Kawuri. Ia menyebutkan belum mendapat informasi terkait rencana Tesla mendirikan pabrik di Batang.

"Kalau sudah deal, tentu akan kami informasikan. Tapi, kalau itu benar jelas kami menyambut baik. Kami, baik dari Pemprov Jateng maupun Pemkab Batang tentu siap menindaklanjuti," tutur Ratna.

Sebelumnya Rencana Tesla membangun pabrik di Batang itu disampaikan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang. Ia menyatakan saat ini proses diskusi antara Tesla dan pemerintah masih berlangsung.

"On going discussion. Arahnya ke sana (Batang)," ujar Agus, Senin, 19 Oktober 2020.

Tesla dikabarkan tidak akan membangun pabrik perakitan mobil di Batang. Pabrik di Batang hanya digunakan untuk kebutuhan produksi baterai mobil listrik.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, investor luar negeri yang ingin berinvestasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah tak perlu membeli lahan.

Para investor, lanjut Erick, cukup menyewa lahan tersebut secara jangka panjang.

"Melalui PTPN III, kami yang akan membebaskan lahan sehingga tanah seluruh kawasan ini menjadi milik BUMN dan akan memudahkan, serta meyakinkan kerjasama dengan investor yang datang untuk menanamkan modal dengan cara sewa lahan berjangka panjang," ujar Erick dalam keterangan tertulisnya, (30/6/2020).

Erick menambahkan, nantinya perusahaan-perusahaan plat merah akan membantu menyediakan fasilitas di KIT Batang.

Pada tahap pertama, pengembangan KIT Batang dilakukan di lahan seluas 450 hektare dan diperkirakan akan menampung 30.000 tenaga kerja lokal.

Dukungan infrastruktur untuk kawasan tersebut juga sudah komplit karena terletak di sisi utara Tol Trans Jawa sudah disiapkan Jasa Marga dilalui jalur kereta api dan akan disiapkan oleh PT KAI untuk menjadi dry port.

Sementara untuk PLN akan menyiapkan jaringan listrik. Saat ini PLTU Batang memiliki kapasitas 2x1.000 MW dan PLTS 50 MW.

"Jika dikaitkan dengan persaingan ekonomi global yang semakin ketat di era post Covid-19, upaya Indonesia menambah kawasan industri khusus di Jawa Tengah, seperti halnya KIT Batang ini menjadi keharuskan untuk meningkatkan daya saing," ucap dia.