Deflasi, Konsumsi Lemah! Simpanan Uang Masyarakat di Bank Malah Tembus di atas Rp6.500 Triliun

Oleh : kormen barus | Jumat, 16 Oktober 2020 - 09:40 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta-Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan berdampak pada perlambatan ekonomi Indonesia yang banyak ditopang oleh sektor konsumsi. Lemahnya konsumsi masyarakat menyebabkan terjadinya deflasi pada bulan Juli hingga Agustus 2020. Sebab, di masa yang penuh ketidakpastian ini, alih-alih memperbesar konsumsi, masyarakat cenderung lebih suka menyimpan uang mereka di lembaga keuangan

Riset Lifepal.co.id menemukan fakta bahwa jumlah simpanan masyarakat di bank umum mengalami peningkatan di atas rata-rata tepat di bulan masuknya pandemi Covid-19 ke Indonesia yakni pada bulan Maret 2020. Kenaikan jumlah simpanan di atas rata-rata juga terjadi pada bulan Agustus 2020, ketika Indonesia dibayang-bayangi ancaman resesi ekonomi.

Dalam ilmu ekonomi, deflasi adalah keadaan yang menunjukkan penurunan harga suatu barang atau jasa dalam kurun waktu yang relatif singkat. Turunnya harga suatu barang atau jasa berimbas pada sektor lain seperti menurunnya upah pekerja. Secara teknis, suatu keadaan dikatakan deflasi jika tingkat inflasi turun di bawah 0%.

Sementara itu, berkebalikan dengan deflasi, inflasi adalah suatu proses yang meningkatkan harga harga secara umum berkaitan dengan mekanisme pasar yang disebabkan oleh berbagai faktor, yaitu konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang yang mengakibatkan kenaikan harga secara umum.

Pandemi Covid-19 yang membuat Indonesia mengalami pembatasan sosial berskala besar tentu memberi dampak yang signifikan terhadap aktivitas ekonomi yang ada di negara kita. Masyarakat menjadi cenderung lebih menahan untuk melakukan konsumsi dan melakukan tindakan menabung.

Di masa pandemi ini, ketika ekonomi Indonesia masih lesu, yang ditandainya dengan minus nya pertumbuhan ekonomi kita pada kuartal II 2020, inflasi bukanlah ancaman yang harus ditakuti, namun deflasi-lah yang harus kita soroti.

Resesi adalah suatu keadaan yang tidak terpisahkan dari deflasi. Umumnya, ketika ekonomi mengalami resesi atau depresi yang parah, perekonomian juga akan turut melambat karena permintaan atas konsumsi dan investasi yang anjlok.

Kenaikan jumlah simpanan pada bank umum picu deflasi

Grafik di atas memperlihatkan adanya kenaikan yang signifikan pada simpanan di bank umum pada bulan Maret 2020, ketika Covid-19 mulai masuk Indonesia dan Agustus 2020, ketika Indonesia dibayang-bayangi ancaman resesi.

Kemudian, jika dibandingkan dengan grafik inflasi bulanan Indonesia, terlihat hubungan sebab akibat, yakni peningkatan jumlah simpanan pada bank memicu penurunan inflasi yang berujung pada deflasi pada Juli dan Agustus 2020.

Grafik data di atas menggambarkan inflasi Indonesia yang diukur oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Grafik diatas menjelaskan bahwa adanya penurunan inflasi di Indonesia selama tahun 2020. Terlihat pula pada bulan Juli 2020 dan Agustus 2020, Indonesia resmi mengalami kondisi yang dinamakan deflasi.

Deflasi terjadi secara teknis di mana tingkat inflasi turun di bawah 0%. Dengan terjadinya deflasi, maka sebenarnya konsumsi sedang menurun, sehingga menyebabkan harga-harga barang dan jasa juga mengalami penurunan.

Menurut Lifepal, hal ini terjadi karena masyarakat Indonesia mulai menahan melakukan konsumsi dan mengalihkannya ke tabungan di bank umum. Dengan turunnya konsumsi, berlakulah seperti hukum permintaan dan penawaran, ketika permintaan terhadap suatu barang turun, maka akan terjadi nya penurunan pada harga harga tersebut,

Pandemi Covid-19 meningkatkan total simpanan pada Bank Umum

Akibat ketidakpastian yang timbul karena pandemi Covid-19, masyarakat yang terbiasa melakukan banyak aktivitas konsumsi - seperti Indonesia yang GDP (Gross Domestic Product)-nya sendiri paling besar ditopang oleh konsumsi - kini menguranginya.

Perpindahan perilaku dari konsumsi ke menabung menyebabkan penurunan GDP yang juga diikuti dengan penurunan harga-harga barang, dikarenakan turunnya permintaan barang. Grafik pergerakan simpanan pada bank umum menunjukan peningkatan jumlah simpanan pada bulan Agustus 2020 mencapai 11,28 %, lebih tinggi dari kenaikan pada bulan yang sama di tahun 2017, 2018 dan 2019 yang hanya sebesar 9,92%, 6,63%, dan 7,57% secara berturut-turut.

Setelah dibandingkan dengan bunga simpanan yang ditawarkan oleh bank umum, tidak terlihat adanya hubungan linear antara bunga simpanan dengan jumlah simpanan. Contohnya saja pada tahun 2019, ketika rata-rata 7 days repo rate sebesar 6%, simpanan melonjak hanya 7,57%. Namun di saat pandemi pada tahun 2020, ketika rata-rata 7 days repo rate nya sebesar 4,39%, simpanan justru melonjak 11,28%.

Artinya, hal ini menunjukkan, keinginan masyarakat untuk menambah simpanan di bank umum lebih didorong oleh kekhawatiran akan perekonomian yang tidak pasti, ketimbang tawaran bunga simpanan dari bank.

Catatan Penulis. Lifepal.co.id menggunakan data total simpanan pada bank umum yang didapatkan dari Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan data inflasi negara Indonesia yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik (BPS).Artikel ini dibuat oleh tim data dan riset Lifepal.co.id. Segala informasi yang ada pada artikel ini dapat dipertanggungjawabkan oleh Lifepal.co.id.