Beberkan Alasan Ekonomi Tumbuh 5,5% di 2021, Menkeu: IMF Sebut 6,1%, World Bank 4,8% dan IDB di 5,3 %

Oleh : Candra Mata | Rabu, 02 September 2020 - 20:22 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengemukakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam RAPBN 2021 dipatok sebesar 4,5% s.d. 5,5 %. 

Angka tersebut menurutnya diambil dengan melihat beberapa indikator atau baseline di tahun 2020.

Selain itu, Ia juga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi pada akhir tahun 2020 ini mencapai 0,2%.

“Inilah yang menjadi baseline kita untuk membuat proyeksi tahun 2021 karena bahkan sekarang sudah masuk kuartal ketiga semua proyeksi masih subject to Covid sehingga inilah yang menyebabkan kita sangat sulit untuk membuat suatu baseline yang firm," kata Menkeu tertulis dilansir redaksi Industry.co.id pada Rabu (2/9). 

Dijelaskannya, bahwa untuk mencapai pertumbuhan ekonomi pada rentang 4,5% s.d. 5,5%, sangat bergantung pada beberapa hal, yaitu keberhasilan penanganan Covid-19, akselerasi reformasi, dukungan ekspansi fiskal, dan pertumbuhan ekonomi global. 

“Semua prediksi ini sangat tergantung pada keberhasilan penanganan covid, dukungan ekspansi fiskal tahun depan yang masih akan cukup bisa suportif, dan adanya reform yang bisa mengembalikan confidence maupun meningkatkan produktivitas dan iklim investasi. Dan tentu prasyarat lainnya adalah global economic recovery juga akan tetap terjaga tahun depan," jelasnya.

Adapun terkait patokannya tersebut, Sri mengungkap bahwa sejumlah lembaga internasional juga memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2021 mengalami pertumbuhan positif. 

Bahkan, menurutnya IMF memproyeksikan pertumbuhan Indonesia sebesar 6,1%.

“IMF memprediksikan Indonesia di 6,1. World Bank di 4,8 dan IDB di 5,3. Saya tahu bahwa ini semuanya tergantung dari skenario mengenai pemulihan dari dampak Covid," ungkapnya.

Sementara terkait inflasi, Sri Mulyani melihat perkembangan laju inflasi 2020 lebih dipengaruhi oleh dorongan permintaan masyarakat yang rendah dan pada komponen volatile food serta administered price. Oleh karena itu, dirinya optimis inflasi pada tahun depan masih pada kisaran 3%.

“Untuk tahun depan kita masih pada kisaran 3% dan ini tentu akan bisa terjaga bersama-sama Bank Indonesia dengan tingkat target 3 plus minus 1," ujarnya.

Sedangkan soal tingkat suku bunga SBN 10 tahun diestimasikan sekitar 7,29% pada 2021. 

Mantan gubernur bank dunia ini menyebut, angka tersebut diambil karena implementasi kebijakan fiskal dan moneter membuat perkembangan pasar domestik cenderung stabil. 

“Kerja sama yang baik antara BI dan pemerintah akan terus kita jaga karena kita bersama-sama bertanggung jawab untuk menciptakan confidence dan memberi arah ke depan," katanya.

Dikatakannya, nilai tukar Rupiah hingga Agustus 2020 cenderung bergerak stabil dan di tahun 2021 diperkirakan berada pada kisaran Rp14.600/USD.

Namun demikian, Menkeu Sri Mulyani mengatakan bahwa volatilitas di sektor keuangan global masih tetap perlu diwaspadai.

“Ini tentu sangat tergantung dari pemulihan domestik kita yang bisa meningkatkan modal masuk ke dalam negeri, juga peluang pemulihan ekonomi di negara maju. Namun, down side risknya adalah kalau sampai terjadi pemulihan berarti kebijakan moneter di Amerika Serikat akan kembali kepada path normalnya," terangnya.

Hal lain yang disampaikan Menkeu pada raker di DPR yang juga dihadiri langsung oleh Gubernur Bank Indonesia, Ketua DK OJK, dan Kepala BPS serta Kepala Bappenas secara virtual adalah terkait sentimen investor terhadap Indonesia yang terus membaik. Hal ini disebutnya ditopang oleh langkah-langkah extraordinary pemerintah sejauh ini.

“Langkah-langkah yang sudah dilakukan Pemerintah tahun 2020 ini di dalam rangka menghadapi Covid selama ini cukup baik dikomunikasikan kepada seluruh stakeholder. Secara politik kami berterima kasih kepada Komisi XI (juga di Badan Anggaran), sangat clear dan positif. Ini memberikan confidence yang sangat baik," tandas Sri Mulyani.