Lindungi Perangkat Lunak dari Ancaman Kejahatan Siber

Oleh : Herry Barus | Kamis, 27 Agustus 2020 - 14:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta–BSA | The Software Alliance, lembaga advokasiindustri perangkat lunak global, tengah menyiapkankampanyeLegalize and Protectdengan inisiatif ASEAN Safeguard, yang menawarkan konsultasi gratis kepada 40.000 perusahaan diseluruhVietnam, Indonesia, Thailand, dan Filipina.

Perusahaan-perusahaan yang dijangkau oleh BSA telah teridentifikasi berisiko tinggi dan rentan terhadap serangan siber, dan ASEAN Safeguard didesain untuk membantu mereka dalam proses menuju legalisasi perangkat lunak secara penuh.

Data dari anggota BSA seperti IBM dan McAfee menunjukkan bahwa ancaman keamanan siber diperparah dengan luasnyapenggunaan perangkat lunak tidak berlisensi di Asia Tenggara, yang sering mengandungmalware atau memiliki keamanan yang rentan dan membuat perangkatmudahuntuk diserang.

Saat ini, 83% perusahaan besar di Indonesia diperkirakan menggunakan perangkat lunak yang tidak berlisensi.“Sejakpandemi Covid-19 secara dramatis mengubah cara kerja kita, BSA telah menjadikan keamanan siber sebagai fokus utama di kawasan ASEAN,” kata Tarun Sawney, Senior Director BSA.

“Dengan meningkatnya pola kerja jarak jauhmelalui platform online dan normalisasi kebijakan kerja-dari-rumah, perusahaandihadapkan pada risiko penipuan siber yang lebih tinggi daripada sebelumnya, dan serangan online ini menjadi lebih kompleks dan merugikan. Kampanye BSA Legalize and Protect berupaya untuk mengedukasipenggunaan perangkat lunak berlisensi bagi perusahaan-perusahaan, memandumereka selama proses melegalkan perangkat lunak, dan membantu mereka mencegah kerusakan keamanan siber.”

BSA meluncurkan halaman berisi kartu fakta secara acak yang menjelaskan bahaya menggunakan perangkat lunak tidak berlisensi. Pengunjung halaman dapat memilih untuk mempelajari lebih lanjut, mengakseskartu fakta lain, atau membuat janji dengan konsultan.

Halaman ini tersedia dalam bahasa Inggris, Thailand, Vietnam, dan Bahasa Indonesia, dan konsultasi akan dilakukan dengan perwakilan BSA setempat menggunakan bahasa local masing-masing.Konsultasi akan dimulai dengan pengenalan program, setelah itu perwakilan organisasi akan diminta untuk mengisi survei inventaris perangkatlunak yang bersifat rahasiayang merinci perangkat lunak dan lisensi yang saat ini terpasang di perangkat perusahaan mereka.

Setelah survei, BSA akan memeriksa validitas kunci lisensi yang disediakan untuk menentukan “celah lisensi” perusahaandan menghubungkannya dengan pemasok resmi tempat mereka dapat membeli lisensi yang sesuai.Pada bulan Juli tahun ini, BSA merilis ebook informatif yang dirancang untuk mengedukasi perusahaan di kawasanASEAN tentang bagaimana krisisyang sedang berlangsungtelah menyebabkanmereka menjadi lebih rentan terhadap ancaman daring dan menawarkan saran serta cara terbaik untuk memerangi ancaman tersebut. Selain tambahan rekomendasi untukpraktik terbaikdan pelatihan karyawan, ebooktersebut menjelaskan penggunaan perangkat lunak berlisensi penuh sebagai

"langkah penting dalam melindungi dari serangan malware".Perwakilan pemerintah di setiap negara yang dijangkautelah memberikan dukungan mereka pada eBook dan upaya kampanye Legalize & Protect yang lebih luas untuk membantu pemulihan ekonomi sambil mendorong bisnis untuk mematuhi undang-undang kekayaan intelektual.

Dukungan ini berlanjut untuk ASEANSafeguard.“Penjahatsiber memanfaatkan ketidak pahaman tiap masyarakat,” kata Henri Subiakto, Staf AhliMenteri KOMINFO.

“Penjahat siber ini menargetkan peretasan demi mendapatkan data pribadi, yang berkaitan dengan reputasi. Masyarakat kurang edukasi mengenai risikodan pentingnya menjaga data pribadi, salah satunya denganmenggunakan perangkat lunak legal agar tidak terhindar dari malware dan tidak memberikan data pribadi hanya karena tergiur adanya tawaranmarketing.”