Bursa Sebagai Sarana Manajemen Risiko Valuta Asing yang Efisien

Oleh : Jericho Biere | Selasa, 18 Agustus 2020 - 13:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Sebagai salah satu pelaku utama ekonomi bagi negara, perusahaan sebagai produsen baik barang maupun jasa harus memperhitungkan dengan serius manajemen risiko atas kegiatan operasional bisnisnya, terlebih bagi perusahaan dengan skala kecil, mikro, dan menengah (UKM) sebagai penyumbang 60% PDB Indonesia.

Perhitungan yang tepat pada mengelola risiko perusahaan menjadi tolak ukur keberhasilan dalam mempertahankan eksistensi dari perusahaan tersebut. Setidaknya ada tiga yang dapat dihasilkan dari manajemen risiko yang baik dan tepat yaitu melindungi perusahaan dari risiko ekonomi yang merugikan, melindungi rencana keuangan tetap lancar dan tidak terganggu, serta menjaga penghasilan yang didapat perusahaan.

Pada masa ekonomi global tertekan seperti saat ini yaitu akibat pandemi COVID-19, risiko nilai tukar meningkat cukup signifikan. Meningkatnya risiko nilai tukar tercermin dari meningkatnya volatilitas nilai tukar yang terjadi di pasar valuta asing.

Menurut data Bloomberg, volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS naik 75% pada semester 1 2020, dibanding dengan semester 1 2019. Volatilitas nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS rata-rata per bulan sebesar 7.83%, lebih tinggi dibanding negara tetangga lainnya seperti Malaysia Ringgit sebesar 3.19%, Singapura Dollar sebesar 3.68%, Thailand Baht sebesar 5.07%, dan Filipina Peso sebesar 4.23%.

Semakin tingginya volatilitas nilai tukar di sebuah negara, semakin besar pula potensi risiko yang tertanggung oleh pelaku bisnis yang memiliki operasional transaksi atas pembelian atau penerimaan mata uang asing, seperti pelaku bisnis ekspor dan impor, terutama bagi UMKM yang pada saat ini belum banyak menerapkan manajemen risiko atas risiko nilai tukar.

Dengan demikian, instrumen mitigasi yang tepat sebagai lindung nilai atas risiko nilai tukar valuta asing menjadi kebutuhan bagi para pelaku bisnis ekspor dan impor tersebut. Strategi manajemen risiko yang tepat dapat menghasilkan efisiensi operasional serta perencanaan keuangan yang lebih terukur dan tepat sasaran. Untuk itu, instrumen lindung nilai yang digunakan sebagai tools mitigasi risiko harus menawarkan ekosistem perdagangan yang mengedepankan efisiensi.

Efisiensi aktivitas lindung nilai ditawarkan melalui mekanisme perdagangan melalui bursa dalam bentuk perdagangan multilateral. Pada prinsipnya perdagangan multilateral menghasilkan pasar keuangan yang transparan dan adil yang menghasilkan nilai ekonomi yang tersebar kebanyak pihak, sehingga dapat melibatkan banyak pelaku valuta asing dalam perdagangan di bursa. Selain itu, bursa menciptakan pasar yang teratur, likuid, dan berintegritas dengan model instrumen lindung nilai yang terstandarisasi menjadikan bursa sebagai penyelenggara pasar valuta asing dengan tata kelola yang baik.

Perdagangan multilateral tersebut dapat menciptakan manajemen risiko yang efektif sehingga dapat mengurangi risiko sistemik di pasar valuta asing dalam negeri. Hadirnya lembaga kliring sebagai tempat penyelesaian transaksi perdagangan menjadi pelengkap atas ekosistem multilateral. Lembaga kliring berperan sebagai central counterparty, yaitu lembaga yang melakukan novasi dengan cara menempatkan dirinya antara pihak-pihak yang bertransaksi, dan mengambil alih hak dan kewajiban dari pihak-pihak yang dimaksud, sehingga bertindak sebagai pembeli bagi penjual dan sebagai penjual bagi pembeli, dan selanjutnya melakukan kliring atas transaksi yang diambil alih.

Dengan ekosistem perdagangan multilateral di bursa dan dengan penyelesaian transaksi melalui lembaga kliring, maka efisiensi lindung nilai bagi pelaku pasar valuta asing dapat tercapai. Salah satu efisiensi yang dihasilkan adalah biaya perdagangan valuta asing lebih rendah dibandingkan dengan perdagangan valuta asing secara bilateral. Dengan demikian, pelaku bisnis ekspor maupun impor dalam negeri dapat memiliki daya saing dalam perdagangan internasional.

Bagi pelaku bisnis ekspor dan impor UMKM, efisiensi ini tentu dapat menjadi potensi pengembangan nilai usaha sehingga nantinya dapat meningkatkan skala bisnis UMKM menjadi usaha besar dan menciptakan lebih luas lapangan pekerjaan. Hal ini dapat menjadikan strategi penting bagi pemerintah dalam hal target pertumbuhan ekonomi dan penerapan inklusi keuangan mengingat UMKM masih sebagai penggerak ekonomi yang masif di dalam negeri.

Untuk itu sangat diperlukan sinergi yang aplikatif antara rencana dan target pemerintah atas pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui pasar keuangan dengan menciptakan pasar keuangan valuta asing melalui bursa komoditi dan derivatif yang berintegritas, adil, teratur, transparan, likuid sehingga menciptakan pasar yang efien yang dapat menjadi solusi atas permasalahan tersebut, terlebih bagi pelaku bisnis ekspor dan impor UMKM dan sekaligus dapat menjadi pasar baru bagi pelaku pasar valuta asing dalam kebutuhan lindung nilai di dalam negeri yang terbuka bagi banyak pihak pelaku pasar valuta asing.

Jericho Biere: Research & Development Manager ICDX