Gawat! Pertumbuhan Ekonomi Minus 5,32 Persen, RI Dijurang Resesi!

Oleh : Ridwan | Rabu, 05 Agustus 2020 - 12:57 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II (Q2) 2020 mengalami kontraksi hingga minus 5,32 persen year on year (yoy). Angka ini memburuk dari Q1 2020 yang mencapai 2,97 persen dan Q2 2019 yang mencapai 5,05 persen.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan, kontraksi sebesar -5,32% itu merupakan yang terendah sejak triwulan I tahun 1999. Ketika itu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 6,13%.

Suhariyanto menekankan, kondisi tersebut tidak terlepas dari tekanan ekonomi akibat penyebaran wabah virus Corona (COVID-19) yang melanda berbagai negara. Akibatnya, kinerja industri maupun konsumsi mengalami penurunan drastis.

"Kita tahu COVID-19 membawa dampak luar biasa buruknya, telah menciptakan efek domino dari masalah kesehatan menjadi masalah sosial dan ekonomi," kata Suhariyanto saat konferensi pers, Rabu (5/8/2020).

Lebih lanjut, Suhariyanto mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Q2 2020 ini juga yang terburuk sejak krisis 1998. Waktu itu pertumbuhan Indonesia minus 16,5 persen (sepanjang 1998).

Sementara itu pada Q2 2008 lalu, saat krisis finansial global melanda, Indonesia masih sanggup tumbuh 2,4 persen. Lalu secara keseluruhan sepanjang tahun pada krisis 2008, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 6,1 persen.

Pengumuman BPS ini juga mengonfirmasi kontraksi Q2 2020 lebih dalam dari prediksi Kemenkeu di kisaran minus 3,8 persen. Realisasi ini juga lebih buruk dari batas bawah prediksi Kemenkeu di angka minus 5,1 persen.

Pertumbuhan ekonomi Q2 2020 ini disebabkan oleh kontraksi di berbagai komponennya antara lain, konsumsi rumah tangga yang memiliki porsi 57,85 persen dari PDB tumbuh minus 5,51 persen.

Selanjutnya, pembentukan Modal tetap Bruto (PMTB) atau indikator investasi yang menyumbang 30,61 persen dari PDB juga minus 8,61 persen.

Bahkan, ekspor yang memegang porsi 15,69 persen PDB tumbuh minus 11,66 persen. Impor dengan porsi 15,52 persen tumbuh minus 16,96 persen.

Konsumsi pemerintah dengan porsi 8,67p persen dari PDB tumbuh minus 6,9 persen. Konsumsi Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) dengan porsi 1,36 persen tumbuh minus 7,76 persen.

Pada Q2 2020, BPS juga mencatat sebagian besar sektor mengalami pertumbuhan negatif. Beberapa yang masih positif antara lain informasi dan komunikasi, jasa keuangan, pertanian, real estate, jasa pendidikan, jasa kesehatan, dan pengadaan air.