Bos BKPM 'Cuap-cuap' Soal Mahalnya Harga Tanah, Air, Listrik Hingga Upah Buruh jadi Penghambat Investasi

Oleh : Ridwan | Selasa, 04 Agustus 2020 - 14:46 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membeberkan faktor yang membuat lambatnya investasi masuk ke Indonesia.

"Ada beberapa faktor yang menghambat investasi mulai dari mahalnya harga tanah, tarif air, listrik hingga tingginya upah buruh di Indonesia," kata Bahlil dalam webinar Indef: Relocating Investment to Indonesia di Jakarta, Selasa (4/8/2020).

Dijelaskan Bahlil, harga tanah di Indonesia merupakan yang termahal di antara negara ASEAN lainnya, seperti Thailand, Filipina, Malaysia, dan Vietnam.

Berdasarkan data yang dihimpun BKPM, harga tanah di Indonesia sebesar USD 225 per meter persegi atau sekitar Rp 3,28 juta per meter persegi (kurs Rp 14.580). Sementara Thailand hanya USD 215, Filipina USD 127, Malaysia USD 100, dan Vietnam USD 90 per meter persegi.

"Saya mau jujur mengatakan bahwa harga tanah kita mahal Rp 3-4 juta per meter, di beberapa negara lain kecil sekali," jelasnya.

Selain harga tanah, rata-rata upah buruh per bulan di Indonesia juga paling tinggi di antara negara lainnya.

Di Indonesia, rata-rata harga upah minimum buruh USD 279 per bulan atau sekitar Rp 4 juta. Sementara di Malaysia hanya USD 268 per bulan, Thailand dan Filipina USD 220 per bulan, dan Vietnam USD 182 per bulan.

Untuk tarif air per meter persegi, Indonesia sebesar USD 0,89, diurutan nomor dua setelah Filipina yang sebesar USD 1,68 per meter persegi.

Sementara Malaysia dan Vietnam harga airnya hanya USD 0,53 per meter persegi, serta Thailand USD 0,4 meter persegi.

Untuk tarif listrik, Indonesia sebesar USD 0,07 per kWh, masih lebih tinggi dibandingkan Malaysia yang sebesar USD 0,05 per kWh maupun Vietnam yang sebesar USD 0,04 per kWh.

Untuk itu, menurut Bahlil, pemerintah membuat kawasan industri di Batang. Di wilayah Jawa Tengah itu, harga tanah dipastikan akan lebih murah dibandingkan negara lainnya.

"Makanya kami mendorong kemarin untuk membuat kawasan industri di Batang. Di sana kami buat konsep baru dengan BUMN, di mana seluruh perizinannya semua BKPM yang urus. Harga tanahnya pasti lebih murah dari Vietnam," jelasnya.

Pemerintah juga memberikan fleksibilitas bagi investor untuk berinvestasi di kawasan tersebut. Bahkan menurut Bahlil, pemerintah akan menggratiskan harga tanah di kawasan Batang selama lima tahun bagi investor.

"Silakan datang yang penting serius, harga tanahnya terjangkau. Kalau katakanlah gratis lima tahun dulu, monggo, selebihnya kita kasih sewa atau bagaimana, jadi ini lebih fleksibel, enggak ada masalah," tutur Bahlil.

Selama semester I 2029, realisasi investasi mencapai Rp 402,6 triliun. Angka ini naik tipis 1,8 persen dibandingkan periode semester I 2019 yang sebesar Rp 395,6 triliun.

Adapun realisasi penanaman modal dalam negeri selama semester I 2020 mencapai Rp 207 triliun atau naik 51,4 persen (yoy). Sementara penanaman modal asing sebesar Rp 195,6 triliun atau naik 48,6 persen (yoy).