Fintech Lending Berperan Besar untuk Dukung Inklusi Keuangan di Indonesia

Oleh : Abraham Sihombing | Jumat, 03 Juli 2020 - 19:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) memaparkan hasil riset terbarunya dalam konferensi pers bertajuk “Dampak Sosial dan Ekonomi Fintech Lending di Indonesia (Studi Kasus Investree 2017-2019)” pada Kamis (02/07/2020).

Riset yang pertama kalidilaksanakan di Indonesia tersebut berupa studi kasus yang mengukur dampak sosial dan ekonomi fintech lending bagi kelangsungan pertumbuhan ekonomi nasional. Hasil riset ini menyimpulkan bahwa fintech lending telah memberikan kontribusi bagi peningkatan inklusi keuangan milenial, terutama kelompok usia 35 tahun yang merupakan cakupan populasi terbesar di Indonesia saat ini.

Pinjaman yang berasal dari fintech lending ini menjangkau berbagai sektor produktif dalam perekonomian nasiona, mulai dari pertanian, manufaktur, hingga jasa. Temuan ini menyiratkan peran dari fintech lending dalam mendukung sektor keuangan yang inklusif secara digital.

Wakil Kepala LD FEB UI, I Dewa Gede Karma Wisana, mengungkapkan, kontribusi fintech lending yang semakin besar menunjukkan bahwa teknologi mampu mempercepat inklusi keuangan. Terbukti, sektor yang memiliki akses terbatas ke kredit, misalnya bisnis layanan dan pertanian kini dapat berpartisipasi dalam pinjaman digital peer-to-peer.

Riset yang dilakukan pada Desember 2019 adalah riset dengan jenis studi kasus pertama yang mengukur dampak sosial dan ekonomi fintech lending di Indonesia. Riset ini mengambil sampel dari borrower dalam ekosistem Investree, sebuah perusahaan pionir fintech lending.

“Kami mengambil sampel dari ekosistem Investree karena Investree merupakan pionir perusahaan fintech lending di Indonesia dan telah mendapatkan izin dari OJK. Selain itu, Investree juga fokus pada pembiayaan untuk UKM yang merupakan tulang punggung perekonomian Indonesia,” jelas Dewa. 

Dalam riset tersebut, LD FEB UI menggunakan metode wawancara tatap muka dengan 261 Borrower yang dipilih secara acak dengan cakupan wilayah Jabodetabek (77%), Jawa Barat (15%), dan Jawa Tengah dan Jawa Timur (8%).

“Apabila dilihat dari tipe pinjamannya, Borrower dengan tipe online seller financing adalah yang paling banyak menjadi responden dalam riset ini yakni sebanyak 62%, dilanjutkan dengan tipe invoice financing (32%), dan working capital term loan (6%),” tutur Dewa. 

Ada temuan menarik dalam riset ini. Para peminjam pada umumnya bergerak di bidang industri kreatif. Sekitar 24% dari Borrower Investree adalah para pelaku industri kreatif dan 15% diantaranya mengalami peningkatan pendapatan antara 30-50% setelah memperoleh pinjaman dari fintech lending  Investree. Kemudian, sebesar 52% dari industri kreatif yang meminjam di Investree menggunakan layanan invoice financing dilanjutkan dengan tipe online seller financing (33%), dan working capital term loan (15%). 

Dewa mengatakan, industri kreatif memang sedang menjadi primadona apalagi di kalangan generasi milenial. Saat ini, terdapat 16 sub-sektor industri kreatif yang sedang berkembang. Mereka adalah konsultan atau periklanan, desain komunikasi visual, dan arsitektur. Oleh karena itu, pinjaman dari sektor tersebut cukup banyak.

Tak hanya industri kreatif yang mengalami peningkatan pendapatan setelah mendapat pinjaman dari fintech lending. Menurut data Investree, 58% Borrower Investree yang bergerak di sektor industri manufaktur mengalami peningkatan pendapatan antara 20-50%, sebesar 52% Borrower Investree dari sektor jasa dan 51% Borrower Investree dari sektor konstruksi juga mengalami peningkatan serupa. Secara keseluruhan, 56% dari Borrower Investree menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan pendapatan setelah mendapatkan pinjaman dari Investree.

Selain mendukung UKM Indonesia dari sisi permodalan, Investree juga mendukung perkembangan ekonomi syariah di Indonesia melalui produk pembiayaan dengan skema syariah. Menurut data Investree, Borrower yang memanfaatkan skema syariah mencapai 21,6% dari jumlah seluruh Borrower.

Riset ini menemukan bahwa 54% Borrower Investree Syariah mengalami pertumbuhan usaha yang diukur dari kenaikan pendapatan setelah mengajukan pembiayaan melalui Investree. Sekitar 20% dari para Borrower Investree Syariah tersebut mengalami pertumbuhan bisnis 30% dan sekitar 34% lainnya mengalami pertumbuhan bisnis 20%.

Riset ini juga menemukan bahwa fintech lending dapat mendorong perluasan kesempatan kerja dalam bentuk peningkatan tenaga kerja yang dipekerjakan dalam bisnis mereka. Temuan LD FEB UI mencatat kenaikan jumlah pekerja atau penyerapan tenaga kerja baru yang dipekerjakan oleh Borrower Investree mencapai 44%. 

Hasil wawancara dengan Borrower Investree juga menemukan bahwa alasan memilih fintech lending untuk mendukung usahanya adalah karena fleksibiltas dan kecepatan dalam proses.

“Ketika kami melakukan wawancara dengan Borrower Investree, mereka mengatakan alasan memilih bergabung dengan fintech lending dalam hal ini Investree adalah karena proses aplikasi pinjamannya yang cepat, fleksibel dan mudah, kredibilitas dari perusahaan yang baik serta proses pendaftaran yang mudah di situs Investree,” papar Dewa. 

Lebih lanjut Dewa mengemukakan, riset ini menemukan bahwa fintech lending mampu mendukung inklusi keuangan melalui platform digitalnya, termasuk produk-produk inovatif, baik secara horizontal melalui sektor-sektor yang dibiayai, dan secara vertikal melalui skala bisnis keuangan.

“Kehadiran fintech lending seperti Investree dan bergabungnya pengusaha skala kecil dan menengah memberikan dampak positif pada dunia bisnis, seperti meningkatnya pendapatan dan menambah lapangan kerja,” imbuh Dewa. (Abraham Sihombing)