Hinabi Was-was, Nafas Hidup Industri Alat Berat Hanya Tinggal 3 Bulan Lagi

Oleh : Ridwan | Rabu, 01 Juli 2020 - 09:10 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Potensi eskalasi jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) dan dirumahkan karyawan kian besar. PHK bisa melanda industri yang sebelumnya sudah bertahan, tapi karena kondisi belum ada perbaikan maka PHK bisa dilakukan.

Meski potensi PHK akan selalu ada, apalagi jumlah produksi terus menyusut dalam beberapa waktu ke belakang. Hal tersebut diungkapkan Ketum Perkumpulan Industri Alat Besar Indonesia (HINABI), Jamadudin.

"(Awalnya) terkoreksi di bulan sebelumnya yakni 52%. Namun ada lagi penurunan di sektor lain, sehingga total terhadap tahun 2019 penurunan di angka 62%. Sekarang makin berat, kapasitas produksi di Indonesia di level 10 ribu. Tahun 2019 di 6.060 unit, kemudian 2020 di bawah 3 ribu prediksi kami," sebutnya dalam Power Lunch, CNBC Indonesia ( 29/06/2020).

Kondisi itu tentu mengkhawatirkan bagi tenaga kerja yang ada pada sektor tersebut. Jamaduddin mengklaim di industri utama hingga kini belum ada karyawan yang terkena dampak PHK. Namun, bukan tidak mungkin akan goyang untuk bertahan hingga beberapa waktu ke depan.

"Sampai saat ini kita masih oke. Ke depan nggak tahu di kuartal 3-4. Paling berat kuartal tiga, gimana sikapi ini sehingga masuk kuartal 4. Ini momentum signifikan, jika terus menerus seperti ini bisa terjadi (PHK)," katanya.

Namun, Jamaduddin tidak menampik bahwa di jenjang lain sudah mulai terkena dampak PHK. Yakni subkontraktor yang menawarkan jasanya kepada industri alat berat.

"Itu mungkin sampai sekarang cukup lumayan, mungkin di tier 2 dari total karyawan mungkin seribuan," tandasnya.

Kenyataan bakal semakin berat setelah Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengaku memberhentikan penggunaan alat berat dalam membangun sarana dan prasrana infrastruktur di Indonesia.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, penghentian menggunakan alat berat dalam membangun infrastruktur ini rencananya akan berlangsung selama 2-3 bulan ke depan. Bak dua sisi koin, hal ini dilakukan untuk tetap menjaga daya beli masyarakat di tengah pandemi virus corona atau covid-19 saat ini.

Basuki bilang pandemi telah membuat ekspor, investasi, dan daya beli atau konsumsi rumah tangga menurun. Padahal ketiga sektor tersebut merupakan kontributor terbesar bagi perekonomian nasional.

"Kami tambahkan untuk program-program reguler dalam 2-3 bulan ini saya minta untuk tidak pake alat berat dulu, kecuali yang harus. Tapi kalau bisa dikerjakan manusia saja," kata Basuki dalam video conference, Sabtu (27/6/2020).

"Pakai manusia, belikan pacul dan sebagainya yang penting orang bekerja dulu untuk mendapatkan, mempertahankan daya beli," jelasnya.