Laporan keuangan yang dipublikasi akhir pekan lalu mencatat, penjualan perseroan dalam tiga bulan pertama tahun ini lebih rendah sekitar 16,35% dari Rp6,219 triliun menjadi Rp5,202 triliun.

Selain itu, beban keuangan juga membengkak 10 kali lipat atau menjadi Rp1,187 triliun per akhir Maret ini dari periode serupa tahun sebelumnya hanya Rp17,018 miliar. Hal tersebut membuat beban lain-lain melonjak sekitar 5.364% dari Rp8,675 miliar menjadi Rp474,021 miliar.

“Di tengah volatilitas tren penurunan harga komoditas nikel global dan fluktuasi penguatan nilai tukar dolar AS yang signifikan terhadap rupiah sepanjang kuartal I ini menyebabkan rugi seliirh kurs yang diserap perseroan sebesar Rp362 miliar,” tutur Sekretaris Perusahaan Kunto Hendrapawoko, Senin (29/6/2020).

Kendati demikian, perseroan berhasil menekan laju beban pokok penjualan sekitar 12,55% menjadi Rp4,640 triliun dari Rp5,306 triliun. Beban usaha juga turun sekitar 32,57% menjadi Rp424,275 miliar dari Rp629,251 miliar.

Pada tahun ini, perseroan fokus untuk mempertahankan kinerja operasi dan keuangan yang positif dengan mengedepankan strategi penjualan dengan memperkuat basis pelanggan di pasar domestik terutama komoditas emas, seiring dengan pertumbuhan permintaan emas dalam negeri.

Adapun, total aset perseroan dalam tiga bulan pertama tahun ini mencapai Rp30,771 miliar. Kas dan setara kas pada awal tahun tercatat sebesar Rp3,636 triliun.