HUT DKI, Kreator Lokal Lestarikan Budaya Betawi Lewat Tokopedia

Oleh : Krishna Anindyo | Sabtu, 20 Juni 2020 - 14:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Beragam cara dapat dilakukan masyarakat untuk melestarikan kebudayaan di Indonesia, salah satunya melalui pemanfaatan teknologi. Hal ini yang dilakukan oleh tiga pegiat usaha lokal asal Jakarta yang turut mengenalkan dan melestarikan budaya khas Betawi lewat Tokopedia.

“Saat ini Tokopedia menjadi rumah bagi lebih dari 8,3 juta penjual, dimana 94%nya berskala ultra mikro. Tokopedia selalu berkomitmen memberikan panggung seluas-luasnya bagi para kreator lokal untuk berkarya dan berinovasi lewat kanal digital, salah satunya melalui gerakan nasional #BanggaBuatanIndonesia,” ujar Ekhel Chandra Wijaya selaku External Communications Senior Lead Tokopedia, sumber melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi Industry.co.id pada Jumat (19/6/2020).

“Selain mendukung masyarakat dalam menciptakan peluang usaha terutama di tengah pandemi seperti ini, pemanfaatan teknologi juga dapat berkontribusi dalam melestarikan budaya lokal, seperti yang dilakukan sejumlah penjual di Tokopedia, contohnya Betawi Online Shop, Mpok Nini dan Dodol Beko,” lanjut Ekhel.

Lahir dan dibesarkan di Setiabudi, Jakarta Selatan, kecintaan Mohamad Ardiansyah terhadap budaya Betawi melekat sejak kecil. Dengan modal Rp4 juta, keinginan untuk turut melestarikan budaya Betawi diwujudkan Ardi dengan berjualan produk-produk hasil dari masyarakat di Setu Babakan.

Seiring tingginya minat beli masyarakat, Ardi akhirnya mulai mendesain dan memproduksi sendiri produknya. Ardi pun mulai memanfaatkan platform digital seperti Tokopedia untuk memasarkan produknya.

Ardi mendirikan Betawi Online Shop di 2014 yang fokus memasarkan cendera mata dan produk kerajinan tangan khas Betawi seperti, ondel-ondel, mainan tradisional (congklak, yoyo, gasing), kain batik, hingga peci dan pakaian adat Betawi. Ardi juga bekerja sama dengan banyak pengrajin lokal yang tersebar di beberapa daerah seperti Bogor, Bekasi dan Jawa Tengah.

“Kehadiran platform digital sangat membantu pegiat UMKM lokal seperti kami. Lewat Tokopedia, usaha Betawi Online Shop telah berhasil menjual lebih dari 50 ribu produk dengan omzet rata-rata per bulan mencapai Rp20-30 juta,” tutur Ardi.

Ardi juga selalu mengedepankan kualitas, mulai dari pelayanan pelanggan, produk yang dihasilkan, hingga pengemasan.

“Bagi saya, bisnis yang baik adalah yang berhasil membangun kepercayaan pelanggan. Konsumen puas, ulasan baik, tentunya akan menarik minat pembeli yang lain,” ujar Ardi.

Kondisi pandemi saat ini juga berdampak bagi pegiat UMKM lokal, tidak terkecuali usaha Ardi. Ia mengaku pesanan untuk pembuatan ondel-ondel mengalami penurunan drastis mencapai 70 persen. Hal ini terjadi karena banyak kegiatan dari sejumlah instansi pemerintah dan acara kebudayaan Betawi lainnya yang ditiadakan dengan adanya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Untuk memastikan usahanya tetap berjalan di tengah pandemi, Ardi melakukan inovasi terhadap produknya.

“Sebagai pelaku usaha, kita harus bisa melihat produk apa yang dibutuhkan konsumen. Saya juga berencana memproduksi masker kain dengan motif khas Betawi untuk membantu masyarakat di tengah new normal,” ujar Ardi.

Sama seperti Ardi, pria asli Betawi Deni Ardini juga memiliki semangat untuk turut berkontribusi terhadap pelestarian budaya Betawi. Deni mewujudkannya dengan mendirikan usaha oleh-oleh khas Betawi Mpok Nini di awal Ramadan 2011.

“Saya mendirikan Mpok Nini ini karena melihat sangat jarang ditemukan tempat jualan oleh-oleh khas Betawi di Jakarta. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas, saya mulai memanfaatkan kanal digital seperti Tokopedia. Sebagai pelopor marketplace yang menggunakan pengiriman instan dari berbagai layanan transportasi online, Tokopedia sangat mempermudah saya dalam mengirimkan produk secara cepat dan aman,” ungkap Deni.

Nama Mpok Nini terinspirasi dari nama panggilan sang ibu, Rohani, yang dikenal sebagai pembuat kue kering andal di lingkungan sekitarnya. Berawal dengan modal Rp300 ribu, kini Mpok Nini telah berhasil memproduksi berbagai macam makanan dan minuman khas Betawi, mulai dari kue kembang goyang, biji ketapang, dodol Betawi, kue akar kelapa hingga bir pletok.

Sejak 2012, Mpok Nini telah memiliki sertifikasi halal MUI dan juga dari Dinas Kesehatan P-IRT, sehingga bahan-bahan yang digunakan oleh Mpok Nini merupakan bahan yang halal.

Dengan misi untuk memberdayakan masyarakat sekitar, Deni selalu menggunakan bahan baku untuk pembuatan produknya dari petani atau pelaku usaha lainnya.

“Sejak awal Mpok Nini didirikan, saya selalu berkeinginan untuk dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Sehingga lewat usaha saya ini, semua bisa maju bersama-sama,” tambah Deni.

Dengan memanfaatkan platform digital seperti Tokopedia, Deni mampu menjual sekitar 500-700 paket oleh-oleh khas Betawi per bulan sehingga lebih dari 50 persen penjualan Mpok Nini berasal dari Tokopedia. Selain itu, Deni telah mempekerjakan 8 orang karyawan yang bertanggung jawab dalam proses produksi hingga pengemasan.

Kondisi pandemi saat ini sangat memukul keras usaha Deni. Penjualan Mpok Nini secara keseluruhan mengalami penurunan yang signifikan hingga jumlah produksi terpaksa harus dibatasi. Meski demikian, Deni masih tetap mempertahankan karyawannya dengan menjalankan bisnis lebih gencar melalui kanal daring Tokopedia.

“Semoga para pegiat UMKM lainnya dapat terus beradaptasi dan berinovasi agar dapat bertahan melewati pandemi ini. Selain itu, saya juga berharap semakin banyak kreator lokal di Jakarta yang mengangkat budaya khas Betawi lewat berbagai kreasi produk. Sehingga budaya Betawi tetap lestari dan terus dikenal oleh masyarakat luas,” tutup Deni.

Bermula dari mengikuti ajang kompetisi tahunan, Malvin Pangestu mulai terjun ke dunia bisnis dengan produk camilan khas Betawi, yang diberi nama Dodol Beko. Walau bukan berdarah asli Betawi, Malvin ingin mengangkat dodol Betawi menjadi camilan ikonik Jakarta.

Awal perjalanan bisnis Dodol Beko pun sempat dihadapkan dengan sederet tantangan, mulai dari proses pembuatan dodol yang membutuhkan waktu selama delapan jam hingga proses menemukan resep dodol yang sesuai.

Dalam pembuatan Dodol Beko, Malvin menggunakan bahan baku premium sehingga menghasilkan cita rasa yang berbeda dibandingkan dodol lainnya. Ia menciptakan beberapa varian rasa seperti almond, original dan wijen yang menjadi daya tarik Dodol Beko ini.

“Butuh waktu sekitar dua tahun bagi saya untuk akhirnya bisa menghasilkan produk dodol yang berkualitas. Kami juga ingin membuat produk lokal yang lebih relevan dengan anak muda, karena itu kami menghadirkan berbagai varian produk yang dikemas secara premium dan kekinian,” ungkap Malvin.

Dodol Beko juga telah mendapatkan sertifikat dari MUI dan juga Dinas Kesehatan P-IRT sehingga produk yang dihasilkan oleh Dodol Beko telah memenuhi persyaratan dan prosedur produk jaminan halal.

Pada 2016, Malvin memutuskan untuk memanfaatkan platform digital seperti Tokopedia untuk memasarkan produk dodol Betawinya.

“Platform digital menurut saya bisa dimanfaatkan bagi siapa saja yang ingin menciptakan peluang khususnya di Tokopedia. Sejak bergabung di Tokopedia, Dodol Beko kini sudah menjangkau seluruh Indonesia hingga Papua dengan omzet penjualan dominan sebesar lebih dari 50 persen,” ujar Malvin.

Menanggapi kondisi pandemi saat ini, Malvin turut merasakan dampak yang luar biasa terhadap penurunan penjualan sebesar 70 persen di awal masa pandemi. Namun, memasuki bulan suci Ramadan dan momentum Idulfitri, Malvin bisa kembali membangkitkan jumlah penjualan lewat kanal digital.

“Saya berharap para pegiat UMKM lokal lainnya khususnya di industri kuliner khas Betawi bisa terus menciptakan peluang dan berperan serta melestarikan tradisi budaya lewat platform online seperti Tokopedia,” tutup Malvin.

Dalam rangka merayakan HUT ke-493 DKI Jakarta, Tokopedia juga bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menghadirkan Jakarta Great Online Sales pada 20-22 Juni 2020.