Dilarang Sandar, Kapal Kargo Material Tiang Pancang PLTU Asal Cina Terkatung-Katung di Laut Aceh

Oleh : Candra Mata | Jumat, 01 Mei 2020 - 11:20 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Kapal kargo asal Cina pengangkut material bangunan untuk pembangkit listrik di Nagan Raya, Aceh belum diizinkan berlabuh karena terhalang beberapa masalah.

Akibatnya, kapal cargo itu bersama ABKnya, diperkirakan selama sebulan terkatung katung ditengah laut.

Salah satunya kekhawatiran sejumlah pihak mengenai virus Corona Covid-19 yang ditakutkan telah dibawa oleh anak buah kapal (ABK).

Kapal MV New Lucky II berangkat dari Mawei, Fujian, membawa ribuan pipa semen tiang pancang untuk pembangunan PLTU 3-4 di Nagan Raya.

Kapal tersebut tiba di kawasan laut Calang, Aceh Jaya pada 30 Maret 2020, dan rencananya akan melakukan bongkar muat.

Pemerintah lokal tak memberi rekomendasi, lantas, kapal pun terkatung-katung belasan hari tanpa tujuan.

Akhirnya, kapal pembawa 18 WNA memutuskan memutar haluan ke perairan Meulaboh, Aceh Barat, pada Minggu 19 April 2020.

Namun, kapal tersebut juga tak diizinkan bersandar di pelabuhan setempat untuk melakukan pembongkaran, dan kini berada sekitar tujuh mil dari daratan Kecamatan Johan Pahlawan.

"Ini lagi proses, belum ada persetujuan semua pihak, karena soal kapal ini banyak stakeholder yang harus dihubungi, ada beberapa pihak termasuk imigrasi, bea cukai, ada beberapa pihak yang harus sinkron. Ini lagi pengurusan apakah dapat persetujuan dibongkar atau tidak," terang Kepala Dinas Perhubungan Aceh Barat, Tarfin Kamis 30 April 2020 sore.

Tarfin tidak menampik jika terdapat reaksi yang beragam selama keberadaan kapal asing itu mencuat ke publik. Karena kapal tersebut berasal dari Cina, negara awal di mana virus berkode SARS-CoV-2 pertama kali muncul.

"Memang kita berupaya memutus mata rantai penyebaran Covid-19, namun, kalau melihat mereka masuk perairan Calang 30 Maret 2020 sekarang 30 April 2020, berarti masa inkubasi sudah selesai, kalau ada terjangkit, orang itu, sudah mati semua mereka, tapi, kita harus waspada semua, kan," ujar Tarfin.

Kondisi ternyata jauh lebih rumit dari yang diperkirakan karena para kru telah terkatung-katung di laut selama sebulan.

Manajemen perusahaan di Cina diduga telah mengirim surat permintaan bantuan kepada duta besar negara itu, yang salinannya didapat  pada 24 April 2020 menyebutkan, para ABK telah kekurangan stok makanan serta air segar selama di laut.

Di samping muncul pula rasa cemas atas kondisi fisik dan mental para kru. Salah satu lembaga nonpemerintah di Aceh pun meminta pemerintah lokal agar mau mengambil langkah yang lebih manusiawi.

"Delapan belas ABK kapal terancam kelaparan karena kehabisan pasokan makanan,” kata Ketua YARA Aceh Barat, Hamdani, Rabu kemarin.