Laba Bersih 2016 KIJA Tumbuh 29%

Oleh : Abraham Sihombing | Selasa, 04 April 2017 - 06:34 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta- PT Jababeka Tbk (KIJA), emiten pengelola kawasan industri di Jababeka, Cikarang, membukukan laba bersih Rp425,5 miliar pada 2016, tumbuh 29% dibandingkan dengan realisasi laba 2015 sebesar Rp331,4 miliar.

Dalam keterangannya kepada INDUSTRY.co.id, Senin (03/04/2017), Muljadi Suganda, Corporate Secretary KIJA, mengemukakan, pertumbuhan laba bersih tersebut didukung oleh laba selisih kurs sebesar Rp132,7 miliar pada 2016. Perseroan pada 2015, menderita kerugian selisih kurs sebesar Rp116,2 miliar.

Laba selisih kurs bersih itu adalah jumlah laba/kerugian selisih kurs pendanaan dan laba dari kontrak lindung nilai (hedging) serta rugi/laba selisih kurs operasional yang dicatat dalam laporan keuangan konsolidasi 2016 yang sudah diaudit.

Muljadi juga menjelaskan, KIJA pada 2016 membukukan penjualan pemasaran (marketing sales) sebesar Rp1,56 triliun. Itu lebih tinggi 11% dari target penjualan pemasaran 2016 perseroan yang ditetapkan sebelumnya sebesar Rp1,4 triliun

Pada 2016, penjualan lahan industri di Cikarang sebesar Rp1,15 triliun seluas 21 hektar adalah kontributor utama penjualan pemasaran KIJA. Penjualan lahan industri seluas 26 hektar di Kendal, Jawa Tengah, senilai Rp359 miiar turut menambah hasil penjualan di Cikarang secara signifikan. Adapun penjualan lahan di Tanjung Lesung dan produk lainnya juga memberikan kontribusi bagi penjualan pemasaran 2016 sebesar Rp55 miliar.

Meski demikian, menurut Muljadi, pendapatan konsolidasi KIJA pada 2016 tercatat sebesar Rp2,931 triliun, atau turun 7% dibandingkan pada 2015. Itu karena penjualan real estat dan properti turun 6% menjadi Rp1,101 triliun. Hal tersebut disebabkan penurunan kontribusi penjualan lahan industri dan bangunan pabrik standar (standard factory buildings) dan rumah toko, kendati terjadi peningkatan kontribusi penjualan kavling, perumahan dan apartemen.

Pendapatan dari pilar infrastruktur susut 8% menjadi Rp 1,723 triliun sebagai akibat
dari penurunan kontribusi penjualan listrik, yang disebabkan adanya kebocoran di salah satu boiler mesin pembangkit listrik.

Sementara itu, pendapatan dari jasa infrastruktur lainnya (penyediaan air, pengolahan air limbah dan manajemen estat) dan dry port masing‐masing naik 5% dan 26% pada 2016. Pendapatan pilar Leisure & Hospitality meningkat 2% menjadi Rp106,5 miliar pada 2016.

Pendapatan berulang (recurring revenue) dari pilar Infrastruktur ini memberi kontribusi sebesar 59% terhadap pendapatan konsolidasi 2016 dan tidak berubah secara persentase dibanding pada 2015.

Sementara itu, Muljadi mengungkapkan, laba kotor KIJA turun 10% menjadi Rp1,243 triliun pada 2016. Marjin laba kotor KIJA pada 2016 tercatat 42,4%, sedikit lebih rendah dibanding pada 2015 sebesar 44,2%. Penurunan itu disebabkan hasil dari bauran produk (product mix) dalam Pilar Real Estat & Property.

Kontribusi penjualan lahan kavling di Kendal dan apartemen cukup mempengaruhi pencapaian marjin laba kotor keseluruhan untuk Real Estat & Property turun menjadi 76% pada 2016, dibanding 82% pada 2015. Sedangkan marjin laba kotor untuk Pilar Infrastruktur dan Leisure Hospitality masing‐masing tetap berkisar 21% dan 41% pada 2016, dibanding masing-masing 21% dan 42% pada 2015. (Abraham Sihombing)