Kasihan, Meski Dapat Pengecualian di Masa PSBB, Pengusaha Logistik Tetap Merana

Oleh : Ridwan | Senin, 20 April 2020 - 13:15 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Penerapan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) di DKI Jakarta yang sudah berjalan satu minggu disambut positif pelaku usaha logistik. Bidang logistik merupakan salah satu sektor yang dikecualikan sehingga dengan leluasa dapat melakukan distribusi dengan tetap mengikuti protokol COVID 19. Pada 18 April 2020, Jabodetabek total berlaku PSBB.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Logistik Forwarder Indonesia (ALFI) DKI Jakarta Bidang Angkutan Darat dan Perkeretaapian, Ian Sudiana mengatakan meski sektor logistik mendapat pengecualian pada masa PSBB ini, dari sisi arus pengiriman barang dalam negeri maupun skala ekspor sayangnya dalam tren penurunan.

Menurut Ian, hal ini disebabkan banyak sejumlah sektor yang masih melakukan penutupan sementara di masa PSBB. Tidak itu saja, sejumlah negara yang masih lockdown juga berdampak terhadap sektor logistik itu sendiri untuk melakukan distribusi barang ke luar negeri.

"Tidak naik meski dikecualikan PSBB, karena ekspor impor terganggu dengan negara luar yang lockdown, toko/mall tutup yang menyebabkan daya beli turun dan lain sebagainya," terang Ian dilansir CNBC Indonesia, akhir pekan lalu.

Sementara itu, menyikapi bulan Ramadan dalam waktu dekat juga tidak membuat sektor logistik sumringah dari sisi bisnis, mengingat PSBB masih berlangsung. Padahal menjelang moment Ramadan permintaan barang dan jasa selalu meningkat cukup tinggi seperti tahun - tahun sebelumnya.

Berdasarkan hasil dari proyeksi pengusaha logistik, jika tidak ada wabah pandemi corona (COVID 19), pengiriman barang dan jasa jelang Ramadan biasanya akan meningkat hingga 20% dari normal. Hal ini sejalan dengan kebutuhan pabrik untuk meningkatkan stok hingga kebutuhan masyarakat untuk memenuhi di masa Ramadan.

"Harusnya naik sekitar 20% dari normal dan akan drop hingga 50%, 1 minggu menjelang Idul Fitri dan kemudian restart lagi 1 minggu setelah Idul Fitri," tuturnya.

Dari sisi sebaran, sektor pergerakan logistik khususnya Jawa dan Bali di masa pandemi corona hingga saat ini menyisakan 20 persen untuk restoran, ekspor impor menyisakan 60 persen dan lain-lainnya termasuk di dalamnya distribusi barang industrial dan kimia menyisakan 60 persen.

"Ini dirasakan pengusaha Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI), Organisasi Angkutan Darat (Organda) dan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo)," katanya.