Dampak Corona Hampir 700 Hotel Tutup, Ribuan Karyawan Dirumahkan Tanpa Dibayar

Oleh : Ridwan | Jumat, 03 April 2020 - 11:05 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Dampak virus corona (COVID-19) terhadap sektor pariwisata di Indonesia begitu ganas. Penurunan okupansi yang sangat drastis dan berlangsung sangat cepat menyebabkan 698 hotel di seluruh Indonesia menutup sementara operasionalnya.

"Ada 698 hotel sudah tutup, itu di seluruh Indonesia," ungkap Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani dilansir detikcom (1/4/2020).

Hariyadi memaparkan, penutupan sementara hotel tersebut paling banyak terjadi di Bali, begitu juga DKI Jakarta yang sudah menjadi zona merah penyebaran virus corona.

"Sebarannya banyak, mungkin Bali paling banyak, di Jakarta juga," tutur Hariyadi.

Dihubungi secara terpisah, Sekjen PHRI Maulana Yusran menuturkan, saat ini tingkat okupansi hotel di Indonesia sudah di bawah 9%. Karena tipisnya jumlah pengunjung, akhirnya ratusan hotel terpaksa menutup operasionalnya untuk sementara.

"Mereka punya banyak pertimbangan mana yang lebih baik, apakah menutup atau tetap buka. Karena mereka juga punya subsidi operasional di dalam itu," jelas Maulana kepada detikcom melalui sambungan telepon.

Menurutnya, sebagian besar hotel menyatakan penutupan hingga waktu yang tak ditentukan. Hal tersebut dilakukan melihat belum jelasnya situasi penyebaran corona ini.

Berdasarkan penelusuran detikcom dari akun media sosial (Instagram) resmi beberapa hotel di Indonesia, berikut daftar yang menutup sementara operasionalnya:

1. The Sultan Hotel (Jakarta) mulai 1 April sampai 31 Mei 2020
2. Aston Braga (Bandung) mulai 1 April sampai waktu yang belum ditentukan
3. Aston (Bogor) mulai 22 Maret sampai waktu yang belum ditentukan
4. Hotel California (Bandung) mulai 1 April sampai waktu yang belum ditentukan
5. Grand Preanger (Bandung) mulai 1 sampai 30 April 2020
6. GH Universal (Bandung) mulai 1 April sampai 22 Mei 2020
7. Grandia (Bandung) mulai 29 Maret sampai waktu yang belum ditentukan
8. FaveHotel Hyper Square (Bandung) mulai 1 sampai 30 April 2020
9. Hotel Kartika Chandra (Jakarta) mulai 1 sampai 30 April 2020

Dengan banyaknya hotel yang tutup sementara, bagaimana nasib para pegawai?

"Jadi perusahaan menerapkan cuti di luar tanggungan perusahaan, unpaid leave, cuti yang tidak dibayarkan. Itu yang terjadi seperti itu karena perusahaan tidak punya dana cash yang cukup," ungkap Hariyadi.

Sementara itu, Maulana meminta pemerintah terutama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memperhatikan betul fenomena ini. Sehingga, dapat mengetahui kebijakan apa yang diperlukan.

"Yang kita butuhkan itu sudah kita sampaikan berkali-kali, dan sudah kita presentasikan itu. Bahwa kita butuhnya kebijakan di dalam situ. Kita pariwisata adalah sektor yang paling terdampak dalam hal ini. Penurunan okupansi itu berlangsung begitu cepat, problem kita itu. Jadi kekuatan cash flow kita pun, yang tadinya ada bisa bertahan 3 bulan, tapi kan nggak semua juga bisa bertahan 3 bulan. Ada yang tidak bisa," jelas Maulana.

Untuk menangani dampak unpaid leave lebih besar kepada tenaga kerja di sektor perhotelan, ia meminta pemerintah mengeluarkan bantuan. Misalnya membebaskan iuran asuransi kesehatan sementara waktu.

"Kalau kita sudah melakukan unpaid leave, perusahaan itu kan laporannya jadi nggak benar. Akhirnya fasilitas kesehatan terhadap tenaga kerja mereka kan mati. Minimal laporannya dibaikkan dulu. Nah kemudian BPJS-nya diberi relaksasi, nggak usah dibayar. Jadi mereka walaupun di-unpaid leave masih bisa menikmati faskes tersebut. Itu penting," tegas Maulana.

Bahkan, pihaknya juga mengusulkan pencairan dana jaminan hari tua (JHT) dalam waktu dekat. Langkah itu menurutnya dapat menolong pegawai terdampak dalam krisis yang diakibatkan pandemi corona ini.

"Bahkan ada dari mereka yang mengusulkan kalau bisa tunjangan hari tuanya boleh dicarikan deh. Karena mereka hopeless, berharap mendapat pemasukan, sehingga mereka masih punya uang untuk hidup mungkin another 3 months. Kan kasihan, tapi kondisi perusahaan kan sebenarnya nggak tega juga sama karyawan, tapi itu kondisi yang ada. Kita hidup berdasarkan cash harian loh ini," tutupnya.