Kesehatan Bukan Segalanya tapi Segalanya Tak Berarti Tanpa Kesehatan

Oleh : Widia Saraswati | Senin, 30 Maret 2020 - 10:44 WIB

INDUSTRY.co.id - Dulu ketika masih berprofesi sebagai wartawan kesehatan saya sering menuliskan kalimat itu. Biasanya kalimat itu tidak menjadi perhatian orang sehat, kecuali ada anggota keluarganya yang sedang sakit.

Di masa-masa sekarang ini saya kira kalimat bijak itu sangat relevan dan penting bagi kita semua, di level apa pun kelas atau strata sosial ekonomi kita.

Nyatanya sebanyak apa pun harta yang kita miliki seolah tidak berdaya saat berhadapan dengan covid 19. Pejabat tinggi, selebriti dunia, keluarga kerajaan dan kongkomerat pun terpapar tanpa terkecuali.

Semesta melalui covid 19 ini seolah ingin menunjukkan bahwa hidup dan kehidupan ini teramat sangat berharga. Kesehatan (lahir dan batin) adalah jalan untuk dapat mengenyam dan menikmatinya. Bukan uang, bukan kekuasaan, bukan pula agama yang selama ini ditempatkan sebagai faktor perhatian paling utama dalam hidup.

Bukankah dengan uang dan kekuasaan kita bisa mendapatkan kualitas kesehatan dan daya tahan tubuh lebih prima? Ya, begitulah asumsi di masa lalu. Melalui covid 19 ini Semesta seolah menunjukkan fakta yang berbeda.

Lihatlah kenyataan di sekitar kita. Apakah para kere, pengemis, pemulung, pengamen, dan gelandangan  terpapar covid 19 lalu mati merana? Mereka makan dan mandi pun tidak karuan, boro-boro minum vitamin dan pakai masker + sarung tangan. Apakah yang diurus oleh rumahsakit dan ditempatkan di Wisma Atlet itu adalah golongan mereka? Sama sekali bukan!

Apa yang mereka punya, kecuali sinar matahari dan keyakinan serta kepasrahan bahwa mereka mampu bertahan hidup dalam kondisi apa pun? Mereka tidak ke gereja, tidak ke vihara, tidak ke pura, tidak ke keleteng, dan juga tidak ke mesjid yang tiap jengkal dapat mereka temui.

Mereka tidak seperti kita yang sibuk mengejar uang, kekuasaan, pencitraan, kecantikan, dan aneka bungkus religiusitas itu. Mereka kaum nobody, di pinggiran, di emperan, di kebon-kebon kosong dan gelap, yang bahkan sebagian tidak tercatat di dinas kependudukan. Mereka antara ada dan tiada, tapi keyakinan dan kepasrahan mereka merupakan praktek beriman yang teguh.

Alam telah menjungkirbalikkan semua itu. Tidak penting! Semua ritual dan gaya hidup yang kita anggap paling penting itu nyatanya sama sekali tidak penting. Nyatanya hanya kulit dan bungkus semata. Kaum kesrakad, kelompok paling papa itu justru survive.

Melalui covid 19 ini kita sepertinya sedang dihajar dan diajar oleh Raja Semesta Alam, supaya kita kembali ingat untuk apa sebetulnya kita ini hidup. Sopo siro sopo Ingsun, siapa kamu siapa Aku.

Semoga kesempatan heneng (diam) dan hening (kontemplatif) ini bisa membuat kita dunung (paham) bahwa kita manusia adalah citra Allah yang berwenang seperti Dia, sehingga kita dapat memenangkan pertandingan melawan kegelapan batin yang selama ini menyelubungi dan menjadi hijab bagi kesadaran kita.

Kesehatan memang bukan segala-galanya, tapi segalanya tidak berarti tanpa kesehatan. Lahir dan batin.

#ampuniakuyaAllah

Widya Saraswati: Wartawan Senior