Industri Pariwisata Terdampak Corona, Pelaku Hotel Sesak Napas

Oleh : Candra Mata | Minggu, 29 Maret 2020 - 12:30 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Industri perhotelan yang menjadi salah satu sektor andalan pariwisata menjadi yang paling terdampak akibat pandemi COVID-19. 

Berdasarkan data dari PHRI, hingga pertengahan Maret kemarin tingkat okupansi hotel di berbagai wilayah Indonesia turun hingga 50 persen dan terancam akan terus menurun.

Wakil Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Rainier H Daulay mengatakan dibandingkan dengan periode sama tahun lalu, industri pariwisata secara keseluruhan maupun di Bali, telah merosot hingga 60% hingga Februari 2020, sehingga membuat pelaku bisnis hotel dan restoran memilih melakukan efisiensi mengurangi karyawan.

"Pengurangan karyawan saat ini banyak dilakukan pelaku usaha hotel dan restoran karena sepinya pengunjung akibat virus corona (Covid-19)," ujarnya dilansir dari laman Kontan.co.id Minggu (29/3).

Tak hanya itu, menurutnya beberapa hotel juga telah mengurangi jam kerja menjadi hanya lima hari kerja dan libur satu hari dengan konsep unpaid leave.

Rainier berkata, pemerintah dapat menopang dan memberi napas panjang bagi para pelaku bisnis hotel dan restoran melalui penundaan pajak hotel dan restoran 10% di daerah, serta beberapa pajak lain, seperti PPh 21.

"Tentu kami akan lakukan efisiensi di semua sektor untuk bertahan dalam kondisi ini. Pemerintah juga perlu aksi, tidak hanya ratas atau wacana saja," pintanya.

Hal senada juga diutarakan oleh Ketua kebijakan publik Apindo yang juga Wakil Ketua Umum Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sutrisno Iwantono. 

Menurut Sutrisno, sektor pariwisata khususnya perhotelan termasuk yang paling kena dampak terparah saat corona sudah menjangkiti dunia hampir 3 bulan.

"Dampaknya luar biasa, kondisi tahun lalu sudah begitu sulit, tahun ini belum ada perbaikan yang berarti tiba-tiba ada wabah corona hancur-hancuran," kata Sutrisno dilansir dari laman CNBCindonesia.com Minggu (29/3).

Ia mengatakan, sektor pariwisata tentu sangat terganggu, bukan saja turis dari China, tetapi dari semua negara anjlok.

"Hotel dan restoran yang sudah melorot dalam tahun-tahun terakhir ini bertambah runyam," katanya.

Ia bilang jumlah kunjungan wisman ke Indonesia pada Januari 2020 mencapai 1,27 juta kunjungan, jika dibandingkan dengan Desember 2019, penurunan sebesar 7,62 persen. 

"Untuk Februari, dan Maret 2020 sejak pecahnya wabah corona berdarah-darah, mulai banyak hotel yang akan merumahkan karyawannya," katanya.

Sementara itu pengamat bisnis Hotel Dicky Sumarsono menyebut gara gara wabah virus corona, pendapatan bisnis hotel turun drastis.

"Dampak corona, pendapatan hotel menurun drastis. Padahal pengeluaran masih terus ada, ekonomi secara makro dan khususnya di Indonesia sudah terkena imbasnya secara cepat," kata Dicky seperti dicukil dari laman WartaKota.com Minggu (29/3).

Apalagi, lanjutnya, pasar saham di seluruh dunia hancur lebur, di Indonesia bahkan sempat disuspend beberapa kali karena indeks saham mengalami penurunan tajam berkali-kali.

Sementara itu, soal dampak terhadap bisnis hotel yang dikelolanya, Dicky mengungkapkan, dari total 50 hotel Azana di Indonesia sekitar 30 hotel yang berdampak lumayan signifikan dengan adanya pandemi Covid-19.

Meski begitu, Diky sebagai pelaku hotel tetap yakin bisnis hotel akan membaik sekitar bulan Juni 2020.

"Kita yakin akan baik setelah pandemi Covid-19 ini berakhir sekitaran pertengahan Mei atau awal-awal bulan Juni 2020," ungkapnya.