Pionir Industri Farmasi Nasional Dexa Group Mampu Menekan Ketergantungan Bahan Baku Impor

Oleh : Candra Mata | Kamis, 12 Maret 2020 - 07:22 WIB

INDUSTRY co.idCikarang, Dexa Group industri farmasi terkemuka di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1969 telah mampu menyediakan berbagai produk farmasi yang berkualitas. 

Produk-produk Dexa Group tidak hanya beredar dikalangan konsumen lokal, tetapi juga telah merambah ke berbagai negara di empat benua, yakni Afrika, Asia, Amerika, dan Eropa.

Dexa Group yang tercatat sebagai salah satu sektor pionir dalam pengembangan industri farmasi di Indonesia telah juga terbukti mampu menekan ketergantungan bahan baku impor, Dexa berhasil memproduksi bahan baku farmasi obat modern asli Indonesia (OMAI) sejak tahun 2005. 

"OMAI merupakan obat-obatan yang bahan bakunya berasal dari alam Indonesia, sehingga mudah didapatkan dan tidak tergantung dengan impor," ujar Ferry Soetikno selaku Pimpinan Dexa Group di Pabrik Dexa Cikarang, Rabu(11/3). 

Ferry mengatakan, dalam ranah industri, menekan ketergantungan industri farmasi nasional terhadap bahan baku impor, salah satunya juga melalui pengoptimalan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). 

“Regulasi TKDN ini sejalan dengan Inpres 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan,” ujarnya.

Selain itu, menurut Ferry, dorongan pemerintah terhadap penggunaan produk hilirisasi hasil riset dalam negeri seperti OMAI ke dalam fasilitas kesehatan nasional juga perlu dipercepat untuk memberikan kepastian pasar bagi industri. 

“Industri perlu kepastian pasar untuk meningkatkan produksi dan mengembangkan produk obat lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan masyarakat,” tandasnya.

Sementara itu, Executive Director Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) Raymond Tjandrawinata mengemukakan, Dexa Group berkomitmen melakukan kegiatan riset di tingkat hulu dengan mengembangkan sediaan farmasi dan memproduksi Active Pharmaceutical Ingredients (API) yang berasal dari makhluk hidup. 

"Di tingkat hilir, inovasi pengembangan dari DLBS ini menghasilkan empat produk Fitofarmaka di Indonesia dan sejumlah produk obat herbal terstandar," jelas Raymond. 

Lebih lanjut, Raymond menerangkan, industri juga memerlukan stimulus dari pemerintah untuk mendorong pengembangan produksi bahan baku dalam negeri baik di tingkat hulu maupun hilirnya. 

“Industri farmasi harus mendapat dukungan untuk pengembangan bahan baku dalam negeri sebagai produk substitusi impor,” terangnya.

Raymond mencontohkan salah satu produk OMAI Dexa Group adalah Inlacin. 

Inlacin merupakan obat diabetes Fitofarmaka berbahan baku bungur dan kayu manis yang diperoleh dari petani di  daerah Gunung Kerinci di Jambi. 

“Produk ini telah teruji klinis dan memiliki efikasi yang sama dengan obat diabetes berbahan baku kimia seperti Metformin. Produk ini juga telah diekspor ke Kamboja dan Filipina,” katanya.

Selain Inlacin, produk Fitofarmaka lainnya adalah Redacid berbahan baku kayu manis yang bermanfaat untuk mengatasi gangguan lambung, kemudian Disolf berbahan baku cacing tanah yang bermanfaat untuk memperlancar peredaran darah, dan Stimuno yang merupakan produk imunomodulator atau peningkat imun berbahan baku meniran.