Tolong, Industri Karpet Dalam Negeri Carut Marut

Oleh : Ridwan | Rabu, 11 Maret 2020 - 09:10 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Pemerintah segera mengatur kembali tata niaga karpet. Pasalnya, sampai saat ini karpet produk dalam negeri tersisih oleh karpet impor dari China sebagai dampak dari tata niaga karpet yang carut marut serta hanya menguntungkan pihak importir.

Hal itu dikatakan Direktur Industri Tekstil, Kulit dan Alas Kaki Kementerian Perindusrian (Kemenperin), Elis Musitoh kepada pers di Kantor Kemenperin, Jakarta (10/3/2020).

Tersisihnya karpet buatan dalam negeri di pasar sendiri katanya, terasa sejak 2017 dimana karpet impor dari China membanjiri pasar Indonesia yang dijual dengan harga murah.

Dia beri contoh di Pasar Gembrong, JakartaTimur yang sebelumnya para pedagang menjajakan karpet buatan Indonesia, kini tidak lagi dan menggantinya dengan karpet China yang memang harganya sangat murah dibanding buatan dalam negeri.

Murahnya harga jual karpet buatan China kata Elis disebabkan berbagai hal yakni bea masuk karpet jadi dari China tidak dipungut alias dibebaskan atau nol persen. Tapi bahan baku industri karpet berupa chips dikenakan bea masuk 10 persen dan benang 5 persen membuat karpet buatan dalam negeri kalah bersaing.

Inilah yang dikatakan Elis agar pemerintah meninjau kembali tata niaga karpet agar tidak mengalahkan sepihak tapi dicari jalan keluar yang baik sehingga menimbukan dampak win-win solution.

Di bagian lain keterangannya, Elis menyebut, sejak 2019, sudah ada beberapa industri karpet nasional yang mem-PHK-kan karyawannya akibat berkurangnya kegiatan bahkan bahan baku karpet sampai menumpuk karena tidak lagi berproduksi.

Tanpa ada niat memburuk-burukkan produk impor, menurut Elis, karpet yang diimpor dari China mutunya jauh di bawah buatan Indonesia. Buktinya, karpet China di bagian dalamnya ditarok busa dan dibungkus rapi dengan kain karpet sehingga tidak ketahuan kalau karpet China tu isinya busa.

Pusat Industri Karpet

Sementara itu disebut, baru saja dia didatangi pengusaha karpet ternama dari Uni Eropa yang berniat memindahkan industrinya ke Indonesia, tepatnya ke Bandung.

Investor asing di bidang industri karpet tersebut lanjutnya berniat menjadikan Indonesia menjadi pusat industri karpet kelas dunia dan Indonesia akan dijadikan menjadi negara pengekspor karpet terbesar.

Pangsa pasar pasar karpet di Indonesia saja kata Elis cukup luas karena karpet biasanya satu paket dengan properti misalnya bandar udara, hotel, restoran, kantor-kantor dan berbagai gedung yang sudah umumnya memasang karpet pada lantai.

Di Indonesia saat ini katanya, pangsa pasar karpet tersebut dikuasai buatan China sedikitnya 60 persen sisanya diisi buatan Turki dan Indonesia. Umumnya bandara udara di Indoneia menggunakan karpet China.

‘’Jadi dengan mengisi pasar lokal dan kemudian merambah ke pasar internasional, industri karpet di Indonesia nantinya bisa menjadi salah satu roda penggerak perekonomian nasional,’’ jelasnya.