Komtap Kadin Indonesia Franky Welirang Sebut Persoalan Lahan dan Rendahnya Investasi Hambat Industri Pangan Nasional

Oleh : Krishna Anindyo | Kamis, 27 Februari 2020 - 15:50 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta, Ketahanan industri pangan Indonesia mengalami peningkatan, namun secara umum, masih lebih rendah dibanding negara-negara lain dikawasan ASEAN, terutama dilihat dari aspek natural resources dan resilience, serta aspek kualitas dan keamanan pangan.

Hal tersebut disampaikan Ketua Komite Tetap Kadin Indonesia Franky Welirang dalam diskusi Ketahanan Pangan Nasional Berkelanjutan Menuju Indonesia Kuat dan Modern 2045 yang di gelar Kadin Indonesia di Menara Kadin, Jakarta, Kamis 27/2/2020).

Menurut Franky Welirang, ada tiga aspek ketahanan Pangan yang perlu di prioritaskan Pemerintah saat ini, yakni soal ketersediaan, keterjangkauan dan kesinambungan pangan.

“Bagaimana pangan tersedia dalam jumlah cukup, berkualitas baik dan aman dikonsumsi namun tetap dengan harga yang dapat dijangkau semua orang sekaligus menjamin ketersediaan dan keterjangkauan pangan ada terus sepanjang waktu,” tutur Franky.

Selain dari persoalan produksi pangan,Franky juga menyampaikan persoalan yang perlu menjadi perhatian khusus yakni soal lahan pertanian yang semakin langka.

“Kita lihat sekarang lahan pertanian berkurang dan  Kualitas lahan yang ada menurun, hal ini menyebabkan area pertanian sulit diperluas dan pada akhirnya menggangu keberlangsungan industri pangan kita,” jelas Franky.

Franky menambahkan, bila melihat persentase lahan pertanian terhadap total lahan, Indonesia relatif kecil dibandingkan dengan Negara lain seperti di India, China, AS dan Brazil, dan bahkan lebih rendah dari rata-rata dunia.

“Indonesia memiliki lahan pertanian dan arable land paling sedikit dibandingkan India, China, USA dan Brazil. Arable land per kapita di Indonesia (0.1 ha) hanya sedikit di atas critical level (0.07 ha per orang). Ketersediaan lahan untuk produksi pangan hampir mencapai batas kritis, tegas Franky.

Selain lahan, investasi di Sektor Pertanian juga rendah, menurut Franky penyaluran kredit perbankan dan investasi swasta sangat rendah bahkan bias ke sektor non pertanian.

“Persentase investasi di sektor pertanian hanya 6.3% (pada PMA) dan 10.4% (pada PMDN). Agriculture Oreintation Index kredit perbankan pada 2019 hanya 0.77,” jelasnya.

Franky berharap kebijakan ketahanan pangan dapat fokus dan sesuai dengan amanat yang tertuang dalam Perpres No. 71/2015.

“Kita berharap kedepan ada kebijakan perluasan lahan pertanian, kemudahan investasi dan fasilitasi bagi perluasan area produksi pangan, penerapan teknologi serta pengembangan kemitraan untuk meningkatkan kemampuan permodalan dan perluasan jaringan pemasaran,” pungkas Franky.