OJK Optimis Pertumbuhan Kredit Sebesar 16,3 Persen

Oleh : Ridwan | Kamis, 23 Maret 2017 - 15:25 WIB

INDUSTRY co.idJakarta, kepala Departemen Pengembangan Pengawasan dan Manajemen Krisis OJK, Sukarela Batunanggar mengatakan, bank milik negara (BUMN) optimis proyeksi pertumbuhan kredit sebesar 16,3 persen.

Sedangkan proyek pertumbuhan kredit Bank Pembangunan Daerah (BPD), bank asing yang bukan kantor cabang, dan kantor cabang bang asing masing-masing sebesar 12 persen, 11,2 persen, dan 8,3 persen.

“Optimismenya kurang lebih sama dari setiap kelompok bank, baik per BUKU dan kepemilikan” ungkap Batunanggar di Jakarta (23/3/20170.

Membaiknya penyaluran kredit itu tercermin dari pertumbuhan kredit pada Januari lalu mencapai 8,3 persen. Pencapaian ini meningkat dibandingkan Desember 2016 yang hanya 7,9 persen. Disisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tahun ini diharapkan semakin membaik dengan target pertumbuhan 11 persen.

Meski begitu, perbankan masih terbelit persoalan kredit bermasalah. Rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/ NPL) gross bank pada Januari lalu justru meningkat menjadi 3,1 persen. Rasionya lebih tinggi dibandingkan Desember tahun lalu yang tercatat 2,93 persen.

“Kontributor kenaikan NPL masih sama sepertin tahun lalu, yaitu dari sektor pertambangan, konstruksi, perdagangan besar, dan perikanan" terangnya.

Sejalan dengan proyeksi pertumbuhan kredit yang melaju, OJK memperkirakan rasio NPL akan berangsur-angsur turun. OJK memperkirakan NPL turun dari 3,04 persen menjadi 2,76 persen di akhir tahun. Proyeksi ini seiring dengan adanya perbaikan kinerja beberapa sektor.

Selain kredit bermasalah, perbankan juga menghadapi risiko pengetatan likuiditas. Hal ini terlihat dari rasio pinjaman terhadap DPK (Loan to Deposit Ratio/LDR) sudah diatas 90 persen.

“LDR mulai naik, yang tentunya perlu menjadi perhatian meski levelnyamasih dibawah toleransi. Dengan ekspektasi pertumbuhan kredit lebih tinggi, ini akan menekan likuiditas’ imbuhnya.

Pertumbuhan kredit secara nominal melambat akibat kenaikan NPL. Namun rasio NPL sekarang jauh lebih rendah dibandingkan saat krisis 2008 yang mencapai 4,2 persen. Selain itu, rasio pencadangan bank (Coverage ratio) untuk mengatasi NPL juga besar yakni 113 persen.

“Saya yakin NPL akan menurun pada semester I ini, kredit membaik sejalan dengan optimisme kalangan usaha sehingga konsolidasi selesai” tutup Batunanggar.