Manajemen SUGI Prioritaskan Konsolidasi Internal untuk Benahi Kinerja

Oleh : Abraham Sihombing | Jumat, 31 Januari 2020 - 09:38 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Manajemen PT Sugih Energy Tbk (SUGI), salah satu perusahaan migas swasta yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), saat ini memprioritaskan kegiatan konsolidasi internal sebagai salah satu langkah strategis utama di dalam membenahi kinerja perseroan.

“Sejak terpilih menjadi anggota Direksi PT Sugih Energy Tbk dalam RUPSLB yang lalu, kami langsung melakukan konsolidasi internal. Ketika melakukan konsolidasi tersebut, ternyata salah satu pemegang saham, yaitu Dana Pensiun (Dapen) Pertamina, telah melakukan audit dan kami baru terima hasil auditnya dua hari yang lalu,” ujar David K. Wiranata, Direktur SUGI, dalam acara paparan publik di Graha Anugerah, Jakarta Selatan, Kamis (30/01/2020).

David mengemukakan, pelaksanaan audit tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi  berbagai aset dan kondisi keuangan perseroan. Pasalnya, hingga kini masih banyak piutang SUGI yang masih belum tertagih. Dengan adanya audit tersebut, manajemen SUGI nantinya bakal melakukan penyelesaian terhadap berbagai piutang tersebut.

“Indentifikasi aset-aset kami dan pembenahan kondisi keuangan perseroan dilakukan agar kami dapat bertemu dengan pihak BEI untuk membicarakan pembukaan suspensi saham SUGI yang sudah dilakukan sejak 2019 lalu. Pembukaan suspensi saham itu dilaksanakan agar kondisi para pemegang saham menjadi lebih kondusif karena mereka selama ini selalu bertanya-tanya, kapan suspensi tersebut dibuka,” jelas David.

David menuturkan, untuk membuka suspensi saham tersebut, SUGI harus membuat Laporan Keuangan 2018 yang telah diaudit dan diserahkan ke pihak BEI. Langkah ini adalah bagian dari kegiatan yang dilakukan manajemen dalam waktu sesingkat dan sesegera mungkin karena bursa menginginkan agar manajemen perseroan dapat segera menyerahkan laporan keuangan 2018 yang telah diaudit tersebut secepatnya.

“Sementara itu, setelah membaca laporan audit yang dibuat Dapen Pertamina, kami melihat masih banyak data-data yang misleading (patut dipertanyakan). Karena itu, kami akan mendiskusikan data-data dan angka-angka tersebut dalam rapat dengan Kantor Akuntan Publik (KAP) yang ditunjuk agar kami dapat membuat catatan dalam Laporan Keuangan 2018 tersebut,” papar David.

Jadi intinya, demikian David, semua langkah yang dilakukan manajemen perseroan saat ini bertujuan agar seluruh pemegang saham SUGI dapat kembali melakukan transaksi di bursa. Di samping itu, manajemen SUGI yakin dan percaya bahwa seluruh masalah pasti memiliki solusi yang terbaik sehingga seluruh upaya untuk menyajikan Laporan Keuangan 2018 yang telah diaudit tersebut harus diprioritaskan dengan baik.

David mengungkapkan, karena Sugih Energy adalah perusahaan publik, maka penyajian laporan keuangan tersebut adalah hal yang sangat penting, terutama jika perusahaan ingin menjalin kerja sama dengan pihak-pihak lain. Manajemen SUGI kini memiliki akses ke berbagai institusi pemerintah yang terkait migas, khususnya Pertamina dan Kementerian ESDM. Dari sana, manajemen tahu bahwa banyak pihak di luaran sana yang ingin bekerja sama dengan SUGI karena SUGI adalah satu-satunya perusahaan publik di sektor migas Indonesia yang 100 persen sahamnya berjumlah 24 miliar lembar tersebut dimiliki publik.

Setelah suspensi saham dibuka kembali, menurut David, manajemen akan menyiapkan Laporan Keuangan 2019 yang telah diaudit dan akan diserahkan kepada BEI pada September atau Oktober 2020. Baru setelah itu, manajemen SUGI akan mengambil langkah selanjutnya yaitu menindaklanjuti penandatanganan nota kesepahaman (Memorandum of Agreement/MOA) pendahuluan dengan PT Nuraika di Cepu, Jawa Tengah, yang memiliki 44 sumur minyak dan sebelumnya pernah dioperasikan oleh perusahaan minyak Belanda.

“Saat ini, mereka hanya memiliki tiga sumur minyak yang aktif berproduksi. Nantinya, jika kerja sama dengan kami dapat terjalin dengan baik, kami akan mengaktifkan produksi minyak mentah di 41 sumur sisanya. Jika rencana itu berjalan lancar, maka potensi produksi minyak mentah dari seluruh sumur tersebut dapat mencapai 2.000 barel per hari (bph),” papar David.

David menjelaskan, produksi minyak mentah di 44 sumur tersebut yang mencapai 2.000 bph diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi upaya peningkatan produksi minyak mentah (oil lifting) Indonesia. Melalui upaya tersebut, banyak dukungan yang diberikan pemerintah bagi berbagai pihak yang mau berusaha untuk meningkatkan oil lifting tersebut. Untuk itu, SUGI membutuhkan investasi dan investor. Jika rencana tersebut berjalan lancar, manajemen SUGI optimistis akan banyak investor yang bakal berinvestasi di SUGI.

David juga mengemukakan, lebih lanjut manajemen perseroan juga akan mengambil langkah untuk turut serta dalam pelaksanaan Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM No. 13 Tahun 2020 yang baru diterbitkan kira-kira dua hingga tiga minggu yang lalu. Kepmen tersebut berisi penugasan pelaksanaan penyediaan pasokan dan pembangunann infrastruktur gas alam cair (Liquiefied Natural Gas/LNG), serta konversi penggunaan bahan bakar minyak dengan LNG dalam hal penyediaan tenaga listrik.

Hingga kini, masih banyak pembangkit listrik (power plant) yang masih mengkonsumsi bahan bakar minyak (BBM). Hal tersebut tentunya membebankan negara yang mengakibatkan defisit anggaran menjadi begitu melebar. Karena itu, Presiden bersama-sama dengan berbagai pihak BUMN, Pertamina dan Kementerian ESDM melakukan pengkajian yang dituangkan ke dalam Kemen ESDM No. 13 Tahun 2020 tersebut.

“Kami sudah membicarakan pelaksanaan Kemen ESDM ini dan kami juga bersiap-siap agar dapat turut serta dalam program perubahan penggunaan BBM yang digantikan dengan bahan bakar gas (BBG). Hal-hal seperti ini, saya lihat sangat positif. Belum lagi banyak pihak pemilik blok-blok minyak yang sekarang ini meminta agar dapat bekerja sama dengan kami, karena mereka beranggapan keterbukaan perusahaan yang dimiliki sebuah perusahaan publik mampu menepis kekhawatiran mereka dalam berbisnis,” imbuh David. (Abraham Sihombing)