Ari Askhara di Mata Pengamat Politik & Sahabat

Oleh : Kormen Barus | Senin, 20 Januari 2020 - 20:40 WIB

INDUSTRY.co.id, Jakarta - Beberapa waktu terakhir, nama Ari Askhara, matan Direktur Utama Garuda Indonesia santer terdengar, berbagai berbagai tuduhan miring diarahkan kepadanya. Namun, Irwan Suhanto seorang Pengamat Politik sekaligus Aktivis 98 memiliki pandangan tersendiri terhadap Ari Askhara.

Menurut Irwan, hampir semua tuduhan miring yang diarahkan kepada Ari tidak memiliki dasar yang kuat, alias fitnah. Lebih celaka lagi, tuduhan tersebut bukan terkait kinerja, melainkan masuk ke ranah pribadi yang ditujukan untuk merusak reputasi.

“Bagi saya, Ari Askhara adalah seorang pekerja keras, efesien, dan tegas. Tetapi, sikapnya yang keras dan tegas inilah yang akhirnya menjadi boomerang ketika ada orang – orang politik dan orang yang memiliki kepentingan berkongsi untuk menjatuhkannya,” tutur Irwan.

Sementara itu, Drajad Hari Suseno, seorang professional, yang pernah berinteraksi dengan Ari Askhara, beberapa waktu lalu mengaku, secara pribadi mengenal Ari Askhara. Pria bernama lengkap I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra itu pernah jadi Komisaris PT Jasamarga Bali Tol. Dulu, sambung Drajad, ia sering berinteraksi langsung Komisaris Ari Askhara.

Dia memang hebat. Muda, enerjik, produktif dan berorientasi hasil. Mengutip pemberitaan Harian Kompas, 14 Mei 2018, Ari dinilai sebagai pimpinan yang mengubah lingkungan kerja lebih dinamis, humanis, efisien, dan tak ketinggalan zaman dalam memanfaatkan teknologi. Di lingkungan Kementerian BUMN dia terkenal menjadi salah satu rising star, karirnya cemerlang meroket. Hasil asesmen di Kementerian BUMN selalu teratas,” tutur Drajad seperti dikutip dari joss.co.id, Minggu (19/1/2020).

Drajad melanjutkan, sebelum menjadi Direksi BUMN, Ari Askhara adalah seorang profesional bekerja di beberapa institusi keuangan/perbankan di Singapura. Lalu dia diminta pulang ke Indonesia, jadi Direktur Keuangan Pelindo III, merangkap Komisarisku di Jasamarga Bali Tol (JBT). Di sini dia benahi kinerja keuangan Pelindo III. Rangkap jabatan sebagai Komisaris itu yang seharusnya memberinya pendapatan ganda, tapi Ari menolaknya. Dia hanya mau menerima pendapatan dari satu sumber dalam jabatannya, sebagai Direktur Keuangan di Pelindo III. Sedangkan honorarium komisaris JBT diminta disetor ke kas Pelindo III.

Setelah sukses restrukturisasi keuangan Pelindo III, sambung Drajad, Ari Askhara diangkat jadi Direktur Keuangan Garuda Indonesia, dia lakukan refinancing utang Garuda, sukses. Lalu diangkat jadi Direktur SDM (Human Capital) di Wijaya Karya, nggak sampai setahun, dia diangkat lagi jadi Direktur Utama Pelindo III (balik lagi ke rumah lama).

Sebagai Dirut, dia lakukan efisiensi besar-besaran, sampai keuntungan Pelindo III yang biasanya ratusan milyar naik mendekati 2 trilyun. Dia benahi semua, termasuk SDM yang tidak kompeten dia mutasi atau ganti. Dia terapkan GCG (Good Corporate Governance) secara efektif dan terarah ke produktifitas kerja di setiap lini perusahaan, sampai cucu perusahaan. Yang tidak siap, tidak akuntabel dia libas.

“Sukses di Pelindo III, dia diminta membenahi Garuda yang terus merugi. Di sini dia lebih garang lagi. Banyak pengeluaran yang nggak perlu dipangkas, efisiensi, perbaikan kinerja sampai hal terkecil termasuk catering. Setiap sen dia selamatkan demi perbaikan kinerja keuangan Garuda. Barangkali banyak pejabat Garuda gerah karena kenyamanannya terganggu, ladang basahnya mengering, sehingga banyak yang tidak suka dengan Ari. Tapi hasilnya, kinerja keuangan Garuda membaik, jauh lebih baik dari sebelumnya. Tapi banyak pejabat tidak suka,” ucap Drajad.