Menperin Agus Bidik Investasi Industri Rp351 Triliun pada Tahun 2020

Oleh : Ridwan | Senin, 06 Januari 2020 - 16:20 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan investasi sektor industri mampu menyentuh Rp 351 triliun pada tahun 2020. 

"Hal itu tentunya perlu didukung dengan adanya penyelesaian kendala investasi dan kepastian berusaha dengan memangkas regulasi melaui RUU Omnibus Law yang saat ini sedang dimatangkan pembahasannya oleh pemerintah," kata Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Kantor Kemenperin Jakarta, Senin (6/1/2020).

Pada periode Januari - September 2019, nilai investasi sektor industri menembus Rp 147,3 triliun dengan nilai komulatif sejak tahun 2015 sebesar Rp 1.216,2 triliun.

Adapun 5 (lima) besar nilai investasi yaitu industri makanan sebesar 41,43 persen, industri logam dasar, barang logam, mesin dan peralatannya 37,61 persen, industri kimia dan farmasi 22,10 persen, industri kendaraan bermotor & alat transportasi lain 8,39 persen, dan industri kertas dan percetakan sebesar 8,22 persen.

Guna memfasilitasi investasi yang masuk di Tanah Air, pemerintah telah memprioritaskan penyebaran industri ke luar Pulau Jawa salah satunya melalui pemgembangan kawasan industri prioritas. Pada tahun 2020-2024, ada 27 kawasan industri prioritas yang direncanakan yaitu 14 di Pulau Sumatera, enam di Kalimantan, satu di Madura, satu di Jawa, tiga di Sulawesi dan Kepulauan Maluku, satu di Papua, serta satu di NUsa Tenggara Barat (NTB).

"Pemerintah tengah mengawakl beberapa investasi besar sektor industri dari Taiwan dan Amerika Serikat, antara lain CPC Corporation (Taiwan) di sektor industri petrokimia, LiteMax (Taiwan) di sektor industri elektronika dan smart city, Taiwan Sugar Corp di sektor industri gula, dan UNICAL (AS) di sektor industri dirgantara," papar Menperin.

Dijelaskan menperin Agus, CPC Corp Taiwan berencana melakukan investasi sebesar USD 8,62 miliar. Dari Investasi tersebut, CPC Corp Taiwan akan membangun industri petrokimia terintegrasi dengan Pertamina. Adapun manfaat ekonomi dari investasi tersebut adalah adanya kontribusi terhadap substitusi impor sebesar USD 4,3 miliar/tahun.

"Kontribusi ini tentunya secara langsung akan memperbaiki posisi neraca perdagangan Indonesia," ungkapnya.

Sementara, LiteMax telah menyatakan minatnya untuk mengembangkan lini produksi di Indonesia, mengingat Indonesia sangat agresif dalam rencana pengembangan Samrt City. Mereka tertarik dengan rencana pengembangan Ibukota baru di Kalimantan Timur yang direncanakan akan mengusung konsep Smart and Green Capital. 

Selanjutnya, Taiwan Sugar Corp yang juga telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di Indonesia khususnya di sektor industri gula. Bahkan mereka (Taiwan Sugar Corp) telah m,elakukan survei di Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi, setidaknya mereka membutuhkan lahan 50.000 hektare (ha) untuk investasi mereka.

Sementara itu, UNICAL (AS) juga telah siap melebarkan sayap investasinya ke Indonesia. Mereka melihat industri penerbangan dalam negeri menunjukkan trend pertumbuhan yang positif. UNICAL menyatakan bahwa kawasan Batam dapat menunjang investasi mereka.