Founder President University Dorong Pengembangan Industri Hilir Baja di Kawasan Jababeka

Oleh : Ridwan | Kamis, 19 Desember 2019 - 12:45 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta - Founder dan Chairman Jababeka Group dan President University Setyono Djuandi Darmono memberikan dukungannya kepada pemerintah untuk menuntaskan persoalan industri baja dalam negeri.

"Kami mendukung apa yang dilakukan pemerintah untuk mendongkrak kebutuhan baja nasional," kata Darmono dalam diskusi bertajuk Baja Lokal vs Baja Impor di Jakarta (18/12).

Dijelaskan Darmono, dirinya juga mendorong pengembangan industri hilir yang memakai bahan baku baja di kawasan Jababeka. "Disana (Jababeka) sudah ada pabrik baja milik Gunung Garuda yang nantinya bisa mensuplai industri hilirnya," terangnya.

Menurut Darmono, industri hilir baja saat ini sangat dibutuhkan untuk mendukung industri otomotif, konstruksi, kesehatan, pesawat terbang, hingga barang-barang rumah tangga.

Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahwa pihaknya melalui President University akan bekerjasama dengan Institute Teknologi Bandung (ITB) untuk melakukan riset terkait master plan kawasan industri baja di Kalimantan.

"Kita akan kerjasama dengan ITB untuk mengadakan riset dalam mempersiapkan master plan kawasan industri baja di Kalimantan yang fully integrated," ungkap Darmono.

Darmono menambahkan bahwa perlunya Kementerian Perindustrian mensosialisasikan cara membangun industri baja dan baja apa yang dibutuhkan pasar. Sehingga tak hanya menyelesaikan masalah industri baja Indonesia tapi juga bisa membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan ekonomi negara.

"Kuliah umum ini dihadiri akademisi, businessman dan government (ABG). Saya kira ini momen yang pas untuk kita bisa langsung bertukar pikiran mengenai solusi tepat agar industri baja Indonesia bisa bangkit lagi," ungkap Darmono.

Dirjen Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Harjanto menjelaskan diperlukan perbaikan kualitas dari baja lokal, yaitu lewat pemakaian teknologi baru, dan juga mendorong pabrik-pabrik baja lebih terintegrasi prosesnya untuk mengurangi hit loss.

Lebih jauh dia juga menerangkan bahwa impor saat ini tidak sepenuhnya bisa dihentikan total. Namun yang bisa dilakukan hanya membatasi dengan pertimbangan kebutuhan atau mengurangi volume impor baja.

"Jika saat ini impor dibatasi, yang ada malah akan mengancam industri hilir. Pasalnya industri tersebut masih cukup bergantung baja impor karena harga dan kualitas lebih baik," paparnya.