HIPMI: Usaha Anak-Cucu BUMN Ditawarkan Saja ke Swasta

Oleh : Herry Barus | Senin, 16 Desember 2019 - 06:00 WIB

INDUSTRY.co.id - Jakarta—Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Mardani H.Maming mendukung rencana Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir  mengkaji anak dan cucu usaha BUMN. Maming mengatakan, kehadiran anak dan cucu usaha yang menggurita, menjadi sumber pemborosan dan membuat daya saing BUMN melemah.

 “Maka kita usul, tawarkan saja ke swasta. Di tender ke swasta,” ujar Maming dalam keterangannya Minggu (17/12/2018)  di Jakarta. Maming mengatakan, rantai pasok (supply chain) BUMN saat ini dimonopoli oleh anak dan cucu usaha BUMN itu sendiri saat ini. Satu BUMN bisa memiliki puluhan bahkan ratusan anak dan cucu. “Mungkin jumlah mereka saat ini hampir seribuan,” ujar dia.

 Akibat monopoli dari hulu ke hilir ini, rantai pasok BUMN tidak efisien dan menjadi ajang pemborosan baru. Sebab proses pengadaan di BUMN menjadi sangat panjang. “Memang akhirnya, pengadaan itu diserahkan ke swasta. Tapi panjang. Sebab melalui anak dan cucu-cucu usahanya. Kenapa tidak langsung mother company-nya saja yang langsung tender ke swasta,” ucap dia.

Maming mengatakan dengan ditawarkan ke swasta, terjadi persaingan yang ketat dipihak vender atau calon supplier. Dengan demikian, BUMN akan mendapatkan harga yang kompetitif dan kualitas barang dan jasa yang bagus pula.

“Kita lihat di BUMN itu pemasoknya hampir tidak ada persaingan, ada penunjukan langsung karena anak dan cucu usaha atau tiba-tiba ada aturan anak usaha diminta bermitra dengan swasta. Padahal swasta bisa bersaing secara sehat memasok ke BUMN. Ruang-ruang ini tidak cukup sehat tercipta di BUMN,” ucap Maming.   

 

 Dampak dari pemborosan ini, daya saing BUMN sangat lemah. Profitabilitas BUMN misalnya sangat memprihatinkan. Dari 142 BUMN, hanya sebagian kecil yang bisa dianggap memiliki profit dan punya kontribusi terhadap pendapatan negara. Laba BUMN sebesar Rp 189 triliun, hanya 15 BUMN yang berkontribusi hingga 73%.

 Sebab itu, Maming meminta agar ekosistem usaha BUMN disinergikan dengan sektor swasta. “Swasta itu kan 100 persen nafas atau rohnya daya saing dan persaingan. Kalo BUMN, yang separuh nafasnya sosial,  bersinergi dengan swasta, marwah kompetitif itu akan tertransfer juga ke BUMN,” ucap Maming.

 Maming mencontohkan, industri keuangan yang dikelolah BUMN saat ini, kinerjanya sangat bagus. Hal ini terjadi, sebab industri keuangan sangat ketat membatasi penguasaan usaha yang diluar core business BUMN Perbankan. “Bank-bank kita kinerjanya bagus-bagus. Aturannya ketat disana. Mereka dilarang berbisnis diluar keuangan. Kan lucu kalau bank mandiri tiba-tiba punya bisnis laundry,” ujar Maming. 

Mamng sepakat dengan Erik bahwa BUMN harus fokus menggarap lini usaha inti-nya saja.

 Sebelumnya Erik mengatakan, hanya ada 15 BUMN yang punya kinerja laba yang memuaskan. tersebut sebenarnya tidak baik, karena dari keseluruhan BUMN hanya sedikit yang mampu mengolah bisnisnya dengan baik. Ke-15 BUMN ternyata fokus pada bisnis dan sektir tertentu saja misalnya perbankan, telekomunikasi, komunikasi, dan oil and gas.